Reminiscence : Miami dan distopia, hidup dalam kenangan menakutkan

reminiscence
Hugh Jackman dan Thandiwe Newton ‘Dalam Reminiscence koreografi laga yang dimainkan aktor yang meroket namanya lewat franchise X-Men itu, terlihat cukup wajar tidak berlebihan seperti ketika ia memainkan peran superhero kasta mutant.’

POJOKSINEMALanskap masa depan Miami yang suram serta orang-orang yang berupaya ingin bersahaja dengan kenangan masa lalu dalam film Reminiscence menjadi tontonan paling menarik untuk genre thriller-futuristik.

Lebih dari itu, pengolahan naskah ceritanya juga di bungkus akting para pemainnya yang jempolan.

Aktor Hugh Jackman dalam penampilan terbaiknya, bahkan untuk berlakon dalam beberapa scene baku hantam serta dar-der-dor, disinilah Jackman memperlihatkan kualitas terbaiknya sebagai aktor yang banyak memerankan jagoan.

Berbeda melihat penampilan Jackman sebagai Wolverine yang garang dan sadis melahap lawan-lawannya, dengan koreografi laga yang ‘hype’.

Dalam Reminiscence koreografi laga yang dimainkan aktor yang meroket namanya lewat franchise X-Men itu, terlihat cukup wajar tidak berlebihan seperti ketika ia memainkan peran superhero kasta mutant.

Namun menonton Reminiscence anda harus rela menanggalkan logika cerita, bahwa seberapa pantas (bisa terjadi) di masa datang akan banyak manusia yang ingin tinggal berdampingan erat dengan masa lalunya dibantu perangkat teknologi canggih.

Jika banyak manusia ingin tinggal di dalam masa lalunya untuk bertahan hidup, maka akal sehat sebenarnya sudah tak lagi berperan dalam proses kehidupan manusia.

Kok bisa? Ya pasti bisa demikian,  justru karena Sang Pemilik Kehidupan memberikan akal kepada manusia untuk memproses hidupnya sendiri-sendiri dengan melalui banyak peristiwa dalam membuat sebuah perubahan yang lebih baik dari sebelumnya, sebenarnya.

Futuristik Reminiscence masih cukup menarik untuk menjadi tontonan (sekedar) menghibur.

Mata kita akan dimanjakan wilayah Miami dengan penuh kanal air laut, dimana daratan sulit ditemukan, akibat peperangan.

jackamn dan ferguson -pojoksinema.com
Hugh Jackman dan Rebecca Ferguson Simulasi formula dystopian masih berlaku mutlak dalam Reminiscence.

Efek visual CGI ( Computer Generated Imagery ) yang disuguhkan sangat hidup, meski yah itu tadi tak masuk akal kecuali kiamat dunia ini.

Reminiscence mengajak kita untuk menghidupkan kenangan film Blade Runner.

Simulasi menghidupkan formula dystopian masih berlaku mutlak dalam Reminiscence.

Sebuah corak kaum atau kelompok minoritas ‘distopia’ yang sebenarnya punya ketakutan tertinggi dalam hidupnya dengan memilih anti-moved on!

Dimana banyak orang-orang kaya yang ingin hidup dengan masa lalunya dengan teknologi mesin yang dimiliki Nicolas “Nick” Bannister ( Hugh Jackman )

baca yang ini yah : Simak lagu Berkibarlah Merah Putih milik Biarawati asal Maumere ini

Pekerjaan Nick melayani para tamu yang ingin bersahaja dengan ingatan yang telah lewat tersebut, dibantu asistennya Emily “Watts” Sanders ( Thandiwe Newton ).

Kita akan diberikan persoalan yang ‘sebenarnya’ membuat jengkel hati, kenapa seorang Nick dengan kekayaan dan kepintarannya harus berjibaku untuk menemukan sosok Mae ( Rebecca Ferguson ) perempuan yang hadir dari masa lalunya?

Tapi justru, Mae dengan identitas misteriusnya –  yang akhirnya bisa kita jumpai lewat mesin milik Nick maka kita akan tahu bagaimana Mae sebenarnya, hingga membuat Nick terus berjuang mencarinya.

Sepenggal demi sepenggal misteri Mae terungkap dengan narasi plot yang suram berbaur ramuan twist.

Tidak rugi untuk menikmati cerita Reminiscence hanya sekedar bertamasya imajiner dengan mengulang ingatan kita dengan Blade Runner dan Inception.

Paling tidak bagi saya, akting para bintangnya sangat memikat dengan sentuhan studio green screen yang membius mata lewat visual efek yang hidup sebagai film futuristik. (Q2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *