POJOKSINEMA – Aneh memang melihat aksi Roland Emmerich membingkai Moonfall menjadi disaster movie yang paling konyol sepanjang karirnya.
Saya (penulis) tidak akan mengatakan sebuah konsep out of the box, karena nyatanya Moonfall menyingkir jauh dari adab ketakjuban Roland Emmerich yang senang merilis basis-basis cerita dan kisah kiamat dunia.
Moonfall telah kehilangan rasa Emmerich yang semestinya tetap kokoh dengan konsep ilmiah yang masih mampu jadi perbincangan akal sehat publik dan para ahli, seperti ketika ia meletupkan The Day After Tomorrow (2004).
Meski kita tidak akan memungkiri aksi visual CGI spektakuler khas Emmerich tetap menjadi dagangan Moonfall.
Hanya saja, saat menonton patut kita bertanya ; apakah akal sehat kita sedang baik-baik saja?
Kekonyolan formula terkadang menjadi keasyikan tersendiri bagi para penggemar berat film-film berbasis bencana dunia dengan visual efeknya yang takjub, serba mahal.
Ide ilmiah dengan paparan pengetahuan lewat dialog-dialog keilmuan dari para tokohnya, sebenarnya tetap menjadi identitas film-film Emmerich berbasis Disaster dan teknologi canggih.
Anda pasti bertanya -tanya bagaimana jadinya jika bulan keluar dari orbitnya lalu mengarah mendekati bumi , tempat hunian kita semua?
Bencana apa yang akan terjadi?
Benarkah miliaran tahun sebelumnya pernah ada pertempuran di galaksi antara nenek moyang kehidupan dengan Artifical Intelligence ( kecerdasan buatan), hingga membuat kehidupan bumi jadi terancam punah ?
Bekas pejabat NASA, Holdenfield (Kiefer Sutherland) membenarkan bakal adanya bencana paling mengerikan ini, akibat bulan yang keluar dari orbitnya.
Sementara disisi lain pemuda aneh KC Houseman ( John Bradley ) lebih dulu tahu tentang bakal terjadinya malapetaka paling besar sepanjang sejarah peradaban ini.
Untuk itulah NASA memutuskan untuk mengirim awak antariksanya ke bulan, sayangnya para antariksa multinasional itu gagal misi di bulan.
Pertemuan KC Houseman dengan dua mantan antariksawan NASA , Brian Harper (Patrick Wilson) dan Jo Fowler (Halle Berry ) akhirnya menjadi aksi heroik tanpa ampun saat mereka bertiga ke bulan dengan segala kekurangan pesawat antariksa yang mereka kemudikan menuju bulan.
baca juga : Dimensi Lain Furi Harun hingga ‘Goes to Hollywood’
Rentangan logika lewat dialog -meski tak terlalu banyak yang kita pahami, cukup menarik untuk menyeret kita untuk -lagi-lagi Emmerich- mengajak kita bernostalgia bersama The Day After Tomorrow.
Namun demikian semua menjadi mentah dan kacau, ketika formula Independence Day (1996) dipaksa bersatu dengan The Day After Tomorrow juga 2012 ( 2009).
Alih-alih Moonfall hanya sekedar menjadi film bencana akhir dunia yang kalem dengan plot absurdnya.
Bahkan jika di adu dengan saudaranya ’The Day After Tomorrow ‘ dan ‘2012’ juga ‘Independence Day‘, ketegangan dan heroisme Moonfall, masih kalah jauh terasa dibanding dengannya. (Q2)
