Anak Titipan Setan yang jauh dari kesan mengerikan

erwin arnada dan gisella anastasia
Erwin Arnada dan Gisella Anastasia ( foto ; kicky herlambang/pojoksinema.com )

POJOKSINEMA – Anak Titipan Setan hanya menjadi sebuah tontonan hiburan yang jauh dari kesan mengerikan seperti layaknya genre horor. Film Anak Titipan Setan arahan Erwin Arnada hanya mengayun pada ritual konflik drama misteri saja.

Tak terlalu royal dengan elemen suspense dan rasa horornya sendiri, tapi royal dengan ‘jump-scare’. Sebenarnya Erwin sebagai empunya cerita masih bisa memompa film ini hingga curve emosional penonton betul-betul bermain cantik.

Saya (penulis) berharap Anak Titipan Setan tidak terperangkap dengan nostalgia belaka. Seperti kita menikmati nuansa warna horor tahun 80-an yang kental dengan ‘bau mitos’.

Problem dalam film ini adalah kurang mampunya menjaga emosiaonal penonton. Erwin lupa untuk berupaya selaras dengan kepentingan flavour horor Anak Titipan Setan itu sendiri.

Tidak ada yang salah dengan keinginan film ini jika hanya untuk menumpahkan curahan hatinya seputar level keimanan seseorang. Tidak salah juga ketika narasi film ini betul-betul ‘nekad’ hanya bermain dengan instalasi story telling yang sering monoton.

Saya juga sempat terbuai ‘ngantuk’, saat durasi baru berjalan 30 menit. Pasalnya, film ini memang cukup (sekali lagi) nekad memainkan panjang durasi sebanyak 100 menit lebih.

Untuk sebuah genre horor atau misteri juga sedikit sentuhan thriller yang agak konyol, terlalu lama untuk mencari kepuasan. Yang ada film ini hanya mengulur waktu ‘plus’ bumbu adegan lucu yang tidak penting.

Bahkan saya pun masih berkompromi kenapa Gisella Anastasia yang akhirnya bukan pemeran utama dalam film ini. Saya lapang hati karena akting Gisella Anastasia-pun datar-datar saja.

Mungkin karena film ini memang ingin bermain dengan totalitas membuai drama dan efek psikologisnya. Jadi wajar saja untuk bintang terkenal sekelas Gisella Anastasia tak mendapat ruang eksplor yang mumpuni.

annisa hertami - pojoksinema.com
Annisa Hertami ( foto : kicky herlambang/pojoksinema.com )

Akan berbeda saat saya melihat olah peran aktris berbakat Annisa Hertami yang sangat berani mengeksplorasi kemampuannya. Annisa bisa disebut gemilang dengan rata-rata adu akting dengan seluruh pemain.

Annisa yang berperan sebagai Sari , menantu Eyang Susana ( Ingrid Widjanarko ) cukup lentur dengan konsumsi karakternya. Meski pada akhirnya film ini harus jadi seru saat Sari melaknat dirinya untuk menjadi sosok jahat seperti Eyang Susana.

Ada alasan kematian Eyang Susana karena ulahnya sendiri, pada akhrinya melahirkan dengki dan serakah dalam batin Sari. Dirinya melakukan pesugihan seperti yang dilakukan mendiang Eyang Susana, dengan tumbal darah daging dari Putri ( Gisella Anastasia ).

baca juga : Devotion : kisah biopic pilot tempur kulit hitam AS pertama

Putri adalah anak dari Eyang Susana, adik dari mendiang suami Sari yang tewas. Suami Sari tewas bersama anaknya karena menjadi tumbal pesugihan yang dianut mertuanya sendiri.

Kehadiran Putri pada akhirnya tak terlalu penting jika hanya ingin memperpanjang plot cerita saja. Semestinya, jika film ini dipangkas menjadi 90 menit saja, maka akan terasa elok menghadirkan Gisella sejak awal cerita.

Sekalian menguji kemampuan bakat akting Gisella sesungguhnya. Bukan ditampilkan pada babak akhir, yang terkesan memaksa film ini menjadi ‘manisan buah segar’.

Atau mungkin, sebaiknya film ini  lebih tepat berjudul Budak Iblis, seperti dalam dialognya.

Film Anak Titipan Setan adalah sebuah karya produksi bersama Jaman Studio, Max Stream, MediaHub dengan Perum Produksi Film Negara. (Q2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *