Bahkan jika film ini berkehendak hati untuk meleluasakan area ‘gore’ bukanlah sesuatu yang bisa mesra dengan penontonnya. Masih beruntung, meski ada beberapa scene berdarah-darah semua masih saya anggap normal, tidak lebih, yah cukup saja.
Yang agak disayangkan, kenapa cerita film dari kisah viral ini tidak memliki tenaga yang bagus untuk mendongkrak kualitas bintang muda lainnya. Maya yang mengalami depresi berat juga tidak memperlihatkan karakter semestinya.
Satu hal yang menjadi persoalan besar film ini adalah kenapa pak Bakti harus (memaksa diri) menjadi hantu yang menteror empat mahasiswanya?
Jika dia menginginkan ke empat anak didiknya hebat sepertinya, maka Maya tidak perlu menjadi korban keganasan terornya. Lagi-lagi, hantu masih gemar membunuh manusia dalam film.
Untuk kedalaman cerita yah hanya segitu saja mengalirnya, tidak bisa lebih, karena “Dosen Ghaib” memang disajikan ringan.
Dan demikian cerita horor “Dosen Ghaib” yang akhirnya dieksekusi biasa saja sebagai film horor. (Q2)