Dalam penataan montage, film ini juga seperti tidak stabil mengalirkan tone color yang diinginkan.
Entah apa yang terjadi pada proses color grading di studio. Sejujurnya saya tidak nyaman dengan variabel dan grafik color-nya.
Sebagai sutradara, kali ini saya anggap Ubay lupa membingkai chemistry para aktornya. tak banyak yang dapat di simulasikan untuk mendevelope chemistry, meski sesekali terlihat.
Jin Qorin dengan Ubay Fox terlalu ruwet dengan kalkulasi ambisius sebuah karya. Meski, penonton tidak dirugikan untuk menikmati sensasi horor ala Jin Qorin.
Film ini juga memiliki argument gambar yang absurd pada persoalan setting lokasi yang disebut pabrik. Tapi sepanjang film dimana terjadi scene pabrik, saya tak melihat ada aktifitas mesin pabrik yang berjalan.
baca disini : Film Tulah 6/13 yang seharusnya bisa lebih bernyali
Soal penampilan dan kemampuan para pemainnya, saya kira cukup, tidak lebih meski perlu di tambal. Tugas sutradara lah untuk meramu agar para karakternya betul-betul melumat habis peran yang mereka mainkan.
Ada frame ‘mise en scene’ yang saya lihat begitu elok berhasil ditampilkan DOP film ini. Artinya film ini masih tetap tampil dengan keluhuran konsep, yakni : vintage movie!
Beberapa detail perabotan vintage saya kira lebih dari cukup di visual sebagai wali era cerita film ini.
Marthino Lio, Rama Michael, Annisa Hasim dan Tyara Vanesha juga Kanaya Gleadys telah berupaya keras menghadirkan tontonan menghibur untuk anda. Jangan lewatkan sensasi Jin Qorin mulai 23 Maret di bioskop! (Q2)