Apalagi jika di babak kedua akhir cerita pun membelot kepada romantika malu-malu antara Ruth dan Reza -yang berada di Belanda. Hubungan lekat dua sejoli ini juga tak seperti layaknya insan yang mabuk asmara.
Hampir segala dialog yang mereka alirkan sangat biasa saja, meski juga disisipi pesan dan informasi tentang penyakit Leukemia.
baca juga yah : Kejutan Di FFWI 2023, Ada Hadiah Insentif Uang Untuk Pemenang
Pun demikian pada instalasi chemistry, hampir tidak ada visual yang dengan gagah mengabadikannya.
Seakan semuanya bermain dengan sendiri- sendiri.
Mungkin, saya melihat alasan tersendiri untuk film ini, bahwa Kartu Pos Wini bukan untuk mengajak kita mengeluh dan menyalahkan. Film ini seperti menjaga penderita Leukemia dan penontonnya dari ketakutan akan kanker darah.
Sepanjang menyaksikan film, memang tak ada ( bagi saya) golden scene meneteskan air mata. Karena itu tadi, Kartu Pos Wini : Surat Beralamat Surga adalah sebuah spirit dan keikhlasan yang harus kita fahami.
Penderita Leukemia memang harus kita jadikan sahabat dan belajarlah darinya bagaimana mereka ikhlas dan bertahan sepanjang hidupnya.
Selamat menonton Kartu Pos Wini : Surat Beralamat Surga, mulai 6 April di seluruh bioskop! (Q2)