“Setengah Hati” Dan Masalahnya Tetap Terbaik Dari Hasto Broto

"Setengah Hati" Dengan Masalahnya Tetap Terbaik Dari Hastobroto
‘metamorfosis intelektual seorang Hasto Broto’ ( foto : kicky herlambang/pojoksinema.com )

POJOKSINEMA“Setengah Hati” mungkin menjadi karya  terbaik sutradara Hasto Broto. Film yang naskahnya juga dipoles oleh penulis cerita Abdur Arsyad, tersa hidup dengan genre drama-komedinya.
Tidak konyol dan total, begitulah kolaborasi hasto dengan Arsyad untuk memboyong “Setengah Hati” yang tidak setengah hati dibungkus. Hasto juga terlihat sangat tangkas memberikan ruang eksplor kepada seluruh pemainnya.

Awalnya, saya (penulis) sempat memiliki sedikit prasangka bahwa film  ini tak lebih seperti karya Hasto Broto lainnya yang terlalu datar bak serial FTV. Bahkan film terakhirnya pun “Inem Pelayan Sexy New” (2019) juga tidak menyinggahi kantong box office.

Padahal dalam filmnya juga dipasang aktor beken sekelas Mathias Muchus dan Meriam Bellina, yang taktis melahap perannya. Hingga membuat aktris Jelita Callebaute– yang juga putri dari bintang kondang Doris callebaute, tampil dengan kualitas yang sangat biasa-biasa saja.

Tapi lain halnya dengan karya terbaru Hasto “Setengah Hati” saya (penulis) akui bahwa ia sukses membuat sebuah program kerjasama yang baik antar pelakon. Meski ada beberapa masalah dalam penanganan dialog dengan aksen ‘Betawi’.

Namun, masih ditolerir karena penampilan maksimal para lakonnya. Saya ambil contoh aktor muda Tissa Biani yang tidak segan-segan melepaskan semua kemampuannya agar ia merasa “Setengah Hati” bukan pekerjaan yang dilakukan oleh aktor dengan kemampuan setengah hati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *