Meski kita pun tak akan menganggap Bride sebagai jagoan.
Yang sedikit mencuri perhatian dalam Gunpowder Milkshake adalah bintang muda Chloe Coleman yang berperan sebagai Emily, bocah berusia 8 3/4 tahun.
Bocah tanggung ini mendadak cerdas saat ia harus ‘bergumul’ sifat dan tabiat Samantha ( Karen Gillan ), pembunuh yang ditugaskan organisasi The Firm untuk menuntaskan misinya sesuai perintah.
Dalam situasi kritis – saat Samantha tertembak di lengan – kita akan melihat betapa Emily sontak menjadi anak cerdas seketika dengan gerak cepat.
Bahkan sebelum scene baku hantam dan baku tembak di mulai pada menit-menit menjelang akhir, kita akan diperlihatkan Emily yang tiba-tiba ingin jadi ‘pendekar cilik’ yang ingin andil dalam pertempuran sengit.
Film Gunpowder Milkshake memang tak sepenuhnya memiliki orisinalitas cerita, kenapa demikian?
Jika saya sebut tadi ada organisasi The Firm, maka tak berbeda dengan John Wick yang memiliki Continental.
Yang menggelitik adalah bagaimana sisterhood ala Gunpowder Milkshake memiliki para petarung dan pembunuh lihai tanpa kilas balik dimana dan bagaimana mereka melatih diri?
Navot Papushado jelas ( bagi saya ) sangat setengah hati memperlakukan plot cerita dengan implikasinya, hingga dengan praktis menjadikan mereka ; Samantha (Karen Gillan ), Scarlet ( Lena Headey ), Madeleine (Carla Gugino ), Anna May ( Angela Bassett ) dan Florence ( Michelle Yeoh ) sebagai pembunuh terlatih yang kuat – tapi disayangkan hanya mengandalkan penuturan latar belakang konflik saja.