
POJOKSINEMA – Film Smile sangat patut mendapat sanjungan, ketika banyak elemen creep dan jumpscare sukses menuntaskan jurus jitunya menakut-nakuti.
Pada akhirnya taktik jitu creep dan jumpscare yang dimiliki Smile sukses ter-eksplor dengan sangat menghibur.
Tidak asal mengumbar, creep dan jumpscare “Smile” terjalin dengan nyaman bersama scoringnya.
Tema trauma dalam genre horror Smile cukup sukses memberikan rasa horror yang bergaya dan efektif.
Faktor rasa takut dan aneka kejutan Smile tereksekusi dengan dengan baik.
Saya (penulis) tidak berhasrat membahas alur ceritanya, kecuali anda menonton sendiri di bioskop.
Terlalu mahal untuk menceritakan alur cerita Smile – yang bagi saya sangat menarik ini.
Meski, sepanjang durasi saya berharap ada ending yang tidak umum, namun begitulah film horor.
Smile menggadang karakter Dr. Rose Cotter – diperankan dengan gemilang oleh aktris Sosie Bacon, seorang terapis.
Sepanjang kisah, Smile begitu kuat membangun karakater secara perlahan – bagaimana Rose dengan traumanya berselimut dengan ketakutan tinggi.

Ketakutan akan sebuah (sebenarnya) antara misteri dan kutukan tentang wajah ‘Senyum’.
Karakter Rose mengembang dengan kepanikan, ketakutan dan kegilaan akan sesuatu yang tak jelas menghantui pikiran dan batinnya.
Upaya Smile mendevelop bagan cerita menjadi kian intens dengan ketegangan dan kengeriannya, semakin berhasil.
baca : Cerita perampokan bank bersenjata Bandit yang masih tetap menarik
Meski sebenarnya kasus ‘Smile’ terbilang langka, atau bahkan masih bisa ditawar kewajarannya oleh nalar sehat.
Namun apa daya, film punya cara bertutur sendiri untuk memuaskan penikmatnya.
Kita akhirnya melihat bagaimana Rose yang menjadi Dokter terapis harus bertempur dengan alam absurd jiwanya sendiri.
Film Smile memiliki keyakinan sendiri untuk mengalir dengan plot, peristiwa dan karakter yang bisa membuat anda seperti tidak ditipu.
Klimaks dalam film ini pun berjalan sesuai janji, bahwa Smile di tangan sutradara dan penulis, Parker Finn harus terjadi.
Namun demikian, saya juga melihat sisi lain dari Smile yang juga membungkus diri dengan gaya misteri thriller agak basi.
Dan mungkin saya perlu memberi peringatan untuk anda, jangan sekedar hanyut dengan dramaturginya.
Bisa jadi scene-scene ‘mengejutkan’ cukup mampu membuat anda kaget dengan pasti! (Q2)