Prey For The Devil : Filmnya sama saja dengan The Exorcist

prey for the devil1-pojoksinema
Prey For The Devil

POJOKSINEMAFilm Prey For The Devil (Aka .The Devil’s Light) karya sutradara Daniel Stamm tak banyak menjanjikan, nyaris sama saja dengan The Exorcist ( 1973 ).

Sutradara Daniel Stamm pernah  menggarap The Last Exorcism yang cukup berkesan dan menjanjikan pada 2010 dn kini ia kembali ke pengusiran setan dengan Prey For The Devil.

Sayangnya Prey For The Devil tak  banyak memebrikan kesan apalagi menjanjikan untuk jadi film horor terlaris.

Stamm kembali lewat The Devil’s Light yang tak lebih hanya berbenah secara visual saja dari The Exorcist karya William Friedkin.

Dalam Prey For The Devil kita memiliki Suster Ann (Jacqueline Byers) yang dilatih teknik pengusiran setan.

Meskipun oleh Pendeta ( Colin salmon)  – para biarawati dilarang melakukannya.

Hanya saja sang pendeta melihat bakat lain dari Suster Ann dengan kemampuannya mengusir iblis yang merasuk dalam diri seseorang.

Ann harus menyelamatkan Natalie ( Posy Taylor ) yang dalam jiwanya telah di rasuki roh jahat.

Jadi teringat atas karakter Natalie ini, pada The Exorcist ( 1973), aktris Linda Blair memerankan karakter Regan MacNeil.

prey for the devil -pojoksinema,com
Tak perlu kecewa karena memang tak ada yang lazimnya baru untuk horor ini

Nyaris tanpa beban dosa, Stamm telah bernostalgia dengan pendahulunya ‘The Exorcist’.

Kembali kepada Suster Ann, yang berkemampuan tinggi untuk merasakan yang terjadi pada gadis cilik Natalie.

Ann mencurigai bahwa iblis yang mengendap dalam tubuh Natalie, sama dengan iblis yang telah membunuh ibunya.

Hanya saja beberapa kali ditampilkan ‘flashing’ bagaimana upaya ibunya Ann melawan iblis demi melindungi dirinya, tak pernah jelas.

Maksud saya ( penulis) – apa alasan iblis ingin mengambil bagian dalam kehidupannya?

Prey For The Devil meski meragukan untuk melarikan plot cerita yang elok dan segar, masih lebih nikmat dengan dramanya.

Bagi anda penyuka horor, suasana era 70an dan 80an akan terasa ketika anda santai menikmati plot ceritanya.

the devil's light-pojoksinema.com
Prey For The Devil

Tak perlu kecewa karena memang tak ada yang lazimnya baru untuk horor ini.

Namun saya memuji kreatifitas DOP dan post-produksinya.

Secara visual, saya nyaman dengan grading color dan beberapa frame sinematiknya.

Begitupun dengan sematan jump scare yang apik memainkan ‘curve’ efek suaranya hingga anda mendapatkan efek kejut yang klimaks.

Nah untuk persoalan CGI, saya sangat puji saat melihat kulit luar tangan Natalie emuncul belatung, cukup menggelikan.

Lalu ketika para romo muda lakukan pengusiran setan- kita akan melihat rambut Natalie yang terurai di lantai menjerat wajah.

baca juga : Sosok Iblis ‘Bertanduk’ di stadion Kanjuruhan, kata Furi Harun

Lalu rambut tersebut menutupi wajah cantiknya dan  masuk kedalam mulutnya.

Ada sedikit yang mengganjal, film ini tidak memberikan porsi dialog yang jempolan untuk aktris Virginia Madsen.

Efek CGI ini sangat takjub bagi saya dan segar, plus saya kagum dengan penampilan Jacqueline Byers.

Alhasil Prey For The Devil menjadi horror berdurasi 93 menit tanpa bosan. (Q2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *