
POJOKSINEMA – Sebuah debut menarik dari sutradara Nikyatu Jusu lewat Nanny yang bertutur tentang derita, kekecewan, dan impian seorang imigran.
Film Nanny dengan deritanya melumerkan perasaaan penontonnya melalui impian dan kesusahan yang dialami Aisha (Anna Diop).
Mengisahkan seorang wanita Senegal, Aisha yang datang ke negeri Paman Sam, bekerja sebagai pengasuh seorang anak gadis.
Anak gadis cantik bernama Rose (Rose Decker), putri dari pasangan kulit putih kaya, yang menghuni apartemen mewah di New York.
Aktris Michelle Monaghan berperan sebagai Amy dan Morgan Spector berperan sebagai Adam.
Aisha tidak sekedar membangun kehidupan untuk dirinya sendiri di negara baru tersebut.
Semua ia lakukan juga demi memboyong putranya ke Amerika Serikat.
Sutradara Jusu cukup cerdik memainkan rasa dengan sepenuhnya, penggambaran yang realis tentang seorang imigran merubah nasib.
Bagaimana ia dengan kencang mengayunkan visual dan drama yang sangat mencolok.
Aisha tidak hanya memainkan karakternya yang dalam sebagai pengasuh, ia juga harus memerangi problematik lainnya.
Ada peristiwa dimana ia mengadu kepada majikannya, Adam, tentang gaji yang belum dibayar beberapa bulan oleh Amy.
Nanny cukup memiliki pesona untuk membangun dramaturginya.
Hanya saja unsur horor film ini belum cukup fokus untuk memecah atmosfer yang telah dibangun lewat skoring.
Mungkin karena terlalu banyak masalah yang harus diembankan kepada Aisha, hingga akhirnya Nanny seperti kebingungan keluar dari celah sempit.

Film ini seperti tidak pernah menemukan jejaknya di antara daftar peristiwa naratif yang telah diguyur sejak awal.
Aisha juga berupaya menjadi pendengar baik keluhan Amy, meski ia juga jengkel karena upah yang tertunda.
Jusu cukup terampil untuk banyak bermain dengan sketsa dan detail sebagai jualan debutnya.
baca yang ini : Drama dokumenter ‘Al Banjari’ lebih ngepas menjadi genre biopic
Namun film ini juga tak sekedar menyampaikan detail dan narasi.
Saya sangat sangat mengharap film ini juga berdaging dengan flavour horornya.
Tapi memang Jusu punya kiat khusus dengan membuat bayang-bayang menakutkan dari kehidupan Aisha itu sendiri.
Meski ketakutan yang dimiliki Nanny cenderung intelektual daripada rasa horornya sendiri. (Q2)