Tapi sudahlah apapun keterbatasan film ini, sejatinya tetap sebuah karya seni yang patut dinikmati banyak orang. Hanny R Saputra meski dengan kecukupan “Bad Boy in Love” nya, setidaknya ia pernah di masa kegemilangan karyanya.
Entah tahun berapa sebenarnya setting film ini. Jika dimaksud tahun 90an pertengahan, maka semestinya juga menghadirkan varian telepon genggam seperti Motorola, Ericsson, Nokia, Alcatel, Siemens yang saat itu cukup diminati.
Atau setidaknya saya juga melihat kehadiran alat penyeranta seperti ‘Pager’ yang saat itu populer dengan sebutan Starko juga Indolink.
Dan terakhir, jangan ada properti sedan mewah sekelas BMW seri Z3, yang jelas-jelas dirilis pada tahun 2000 bukan tahun 1990-an.
baca juga : Red Right Hand: Orlando Bloom Gagah, Bertarung Tanpa Gaya
Sejatinya, saya tetap merindukan karya Hanny R Saputra. Seperti ketika ia meramaikan fase kebangkitan film nasional lewat Virgin: Ketika Keperawanan Dipertanyakan (2004),
Lalu ada Heart (2005), Mirror (2005). Film-film ini juga yang membesarkan banyak bintang seperti : Laudya Cynthia Bella, Nirina Zubur, Ardina Rasti dan lainnya.