
POJOKSINEMA – Film Infinite sebenarnya masih punya kemampuan besar agar lebih kuasa menghidupkan para karakternya serta mem-poles lebih keren lagi visual efek di berbagai scene aksi dan seru.
Namun sayangnya InfiniteĀ dengan Mark Wahlberg -nya yang semestinya menjadi high movie concept di tangan sutradara sekelas Antoine Fuqua menjadi hambar dengan kehebatannya sebagai film petualangan dan aksi yang brutal.
Koreografi laga tarung yang ditampilkan sebenarnya cukup mengerikan ( sadis) hanya lemahnya editing Infinite seperti bagai sebuah syarat saja, bahwa pertarungan sadis harus tersedia meski dipaksa dengan artikulasi visual yang buruk.
Antoine Jelas gagal memberikan artikulasi visual laga epik yang sepantasnya – bagi sutradara sekelasnya- terlihat mahal di tatap mata.
Adegan semi akrobatik Evan ( mark Wahlberg) di atas pesawat terbang jauh dari kewajaran, bahkan saat ia harus bertarung mati matian di dalam lambung pesawat dengan bebuyutannya, Bathurst hingga terjun dari ketinggian ribuan kaki melayang di atas udara dan saling baku hantam juga jauh dari logika yang sehat wal afiat.
Entah apa yang diinginkan Antoine Fuqua dengan Infinite-nya, hingga membuat film dengan ending ingin menjadi franchise ini seperti ugal-ugalan di kemas.
Baca juga yang ini : The Conjuring : The Devil Made Me Do It tak lagi rasa James Wan
Dengan melupakan tampilan karakter kuat dan estetika yang nge-pop, Infinite hanya seperti tontonan karya sutradara debut belaka, yang ingin meraih kekaguman penonton terhadap karyanya.
Plot cerita yang ditawarkan dengan membuat aksi petualangan antar masa kehidupan, sontak memastikan kebingungan yang paling rumit untuk di cerna.

Selain Mark Wahlberg sebagai pemeran utama, film Infinite juga di bintangi : Toby Jones, Chiwetel Ejiofor juga Sophie Cookson dan lainnya.
Infinite yang berupaya dengan senang hati menempelkan kombinasi visual ala The Matrix, The Fifth Elemnent serta The Old Guard, akhirnya menderita dengan kelemahan dan kesulitannya sendiri setelah ‘nekad’ melibatkan catatan cerita para manusia ‘hasil’ reinkarnasi lewat versi Hollywood yang kurang penghayatan.
Jika anda ingat film Swordfish ( 2021), besutan sutradara Dominic Sena , maka anda reuni dengan scene yang secara visual efek nyaris serupa dengan film yang dibintangi John Travolta dan Hugh Jackman itu.
Bahkan seperti ingin memaksa diri bahwa reinkarnasi itu ada!
Sementara unsur agama yang terlalu samar disampaikan tidak mampu dijawab dengan tuntas peranannya. (Q2)