Menurut Djonny Syafruddin selaku Ketua Umum DPP GPBSI, bioskop perlu persiapan, baik mengenai SDM yang akan melayani penonton, kesiapan Prokesnya, dan yang terpenting adalah “film”nya.
“Karena bioskop yang baru dibuka dengan kapasitas 50%, banyak produser film nasional yang masih “mikir-mikir” untuk segera menayangkan filmnya di bioskop. Demikian pula dengan film impor. Belum tentu importir mau langsung kasih filmnya. Makanya bioskop harus melakukan lobi-lobi lebih dulu dengan pemilik film”, ungkap Djonny.
“Ketika kondisi normal, banyak produser berebut tanggal tayang. Ketika kondisi pandemi, semua diam, nggak ada yang mau kasih film. Kalau mau ya sama-sama. Untung sama-sama, rugi sama-sama. Itu baru fair”, ungkapnya.
Pertanyaannya sekarang adalah, bukan seberapa banyak film Indonesia yang ditayangkan, namun seberapa lama bioskop dibuka? Karena tentunya akan bergantung pada situasi.
Umpamakan saja dibukanya kembali bioskop dengan kondisi aturan yang telah ditetapkan Kementerian terkait dan Perda, lebih lama dari sebelumnya, maka kita juga berharap pandemi harus segera berakhir.
Bila pandemi belum berakhir di masa dibukanya bioskop mendatang, maka bukan tidak mungkin akan terjadi diberlakukannya larangan ‘ketat’ kumpul-kumpul, karena isu Covid-19 belum berakhir.
Tapi, mari kita berani bersikap ‘wisely’ bahwa memelihara kesehatan jauh lebih penting ketimbang mengobati, apalagi yang kita hadapi virus mematikan Covid-19.
Anda ingin kembali nonton film di bioskop ? maka sedari dinilah ikuti seruan pemerintah dan memelihara kesehatan anda sekeluarga.
Jangan lupa yah.. vaksin 2x , tidak positif covid, dan/atau tidak ada kontak erat dengan orang yang positif covid – untuk memastikan juga anda bisa nonton film kembali di bioskop. (Q2)