Menikmati gaya western Dead for a Dollar karya Walter Hill

Menikmati gaya western Dead for a Dolllar karya Walter Hill
Dead for a Dollar ( pojoksinema.com )

POJOKSINEMALewat genre western,  Dead for a Dollar ,menjadi film pertama Walter Hill paling nyaman dalam rentang waktu 6 tahun.

Jujur..! paling nyaman,  tapi saya ( penulis) perlu keseimbangan menonton Dead for a Dollar karya Walter Hill ini.

Meski faktanya ini adalah film Walter Hill peratama paling nyaman di benak saya setelah enam tahun lalu dengan The Assignment.

Hill menjauhi tradisinya untuk membabi buta dengan style actionnya, seperti juga dalam Bullet to the Head.

Bahkan Hill berusaha untuk lancar-lancar saja mengalirkan plot dramanya.

Dead for a Dollar  dengan sentuhan western ala Hill jauh lebih terasa dengan mengawinkan lanskap dan narasi di awal film.

Nyaris tidak ada yang suram untuk menalar kemana plot film ini akan mengalir.

Memulai kisah dua orang penunggang kuda dari kejauhan , yang satunya menggunakan payung.

Elijah Jones (Brandon Scott) pembelot Angkatan Darat kulit hitam yang sedang dalam pelarian bersama Rachell Kidd (Rachel Brosnahan).

Pada plot ini, mengisahkan Jones yang menculik Kidd dengan meminta tebusan kepada suaminya yang kaya raya sebanyak 10.000 Dollar.

Hanya saja narasi ini hanya samar belaka, pada akhirnya kita tahu bahwa Rachel Kidd sosok istri yang teraniaya oleh suaminya.

Aktor kawakan Christoph Waltz memerankan Max Bound, pemburu hadiah yang disewa suami Kidd untuk memburu keduanya.

Kita juga menyimak sosok Joe Cribbens (Willem Dafoe), perampok dan penjudi yang menghabiskan masa buinya selama lima tahun, karena Max.

Di dalam sel sehari sebelum Joe dibebaskan, Max mengunjunginya.

Scene-scene dalam sel ini akan memperlihatkan betapa Max dan Joe terikat dengan dendam.

Apalagi Willem Dafoe terlihat tak sekedar menikmati kemampuan aktingnya, tapi sungguh-sungguh melahap habis peran karakter yang diembannya.

Seperti halnya “ Biasanya aku gak perlu bilang sampai dua kali, jauh-jauh dari saya Joe!”

Film Dead for a Dollar memang tidak mutlak bersandar pada kekuatan rasial disini.

Semua dialirkan hanya untuk mewarnai saja, bukan untuk menindas pikiran dan batin kita.

Dalam kesempatan konflik lainnya juga harus disematkan Hill, dengan menghadirkan penjahat kejam Tiberio (Benjamin Bratt).

Lagi-lagi, Hill mengupayakan keragaman konflik dengan plot yang juga dikemas berkaitan.

Alhasil Dead for a Dollar memiliki tata klimaks yang sangat indah, seakan keseluruhan cerita tuntas dengan kesepakatan para lakonnya. (Q2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *