
POJOKSINEMA – Film “Fubar” milik Netflix pada akhirnya menjadi tontonan dan nostalgia yang serba tanggung. Film seri yang dibintangi Arnold Schwarzenegger ini terlalu sibuk mengotak-atik pesona aktor kelahiran Austria itu.
Meski sangat berpotensi untuk menjalin nostalgia era 80an bersama Arnold Schwarzenegger, nyatanya Fubar tak bisa berbuat banyak. Arnold Schwarzenegger di usianya 75 tahun memang tak seperti dulu lagi
Terlalu banyak plot yang disampaikan. Semua tak lebih dari persoalan ego antara ayah dan anak, kekasih dan tunangannya, pria yang masih memiliki cinta dengan mantan istrinya. Masih banyak lagi yang ingin di belah-belah oleh Fubar.
Alih-alih Fubar sesekali tampil sebagai film aksi komedi yang ringan. Sementara itu sebenarnya juga Fubar punya kekuatan meletuplkan aksinya.
Ada banyak momen yang cukup menegangkan dari aksi film-B ini, namun tentu anda sangat paham dengan pabrikan Netflix.
Saya (penulis) juga memiliki kesadaran mencerna, betapa Fubar kekurangan ide baru. Hal ini membuat Fubar memiliki banyak ketimpangan yang sulit terkendali.
Aktor Arnold Schwarzenegger memerankan Luke Brunner, seorang agen rahasia jelang pensiun ketika yang dipanggil dalam misi terakhir. Luke bertugas menyelamatkan aset dari cengkeraman penjahat keji, Boro (Gabriel Luna).
Bukan hal yang sulit baginya, karena kedekatan sejak lama Luke dan Boro. Dengan mudah Luke berhasil masuk ke tempat Boro.
Setibanya Luke di wilayah kekuasaan Boro, dia terkejut saat tahu agen rahasia yang harus diselamatkan adalah putrinya sendiri, Emma (Monica Barbaro). Usai penyelamatan yang menegangkan itu, Fubar mulai memancurkan varian plot drama lainnya.

Ramai Plot Drama
Ada juga kisah mantan istri Luke, Tally (Fabiana Udenio) yang merakit hubungan dengan kekasih barunya. Lalu asmara separuh hati Emma dengan Carter (Jay Baruchel).
Desain cerita Fubar juga menguap dengan banyak persoalan ego yang klise. Film seri ini tidak sepenuh hati berkonsentrasi kepada misi perburuan Boro.
Fubar harus njelimet melengkapi diri dengan banyak warna plot yang menjenuhkan. Luke dibenturkan dengan masalah misi menyelamatkan dunia dari manusia seperti Boro atau menyelamatkan keluarganya dari masalah yang dihadapi.
Sekilas Luke dikemas sebagai superhero ‘gado-gado’ yang ingin memiliki pesona pria sejati dengan masa lalu suramnya. Luke harus menjadi solusi masalah Emma dengan tunangannya.
baca juga yah : Sosialisasi Pedoman Penilaian Dewan Juri FFWI 2023
Sementara disisi lain Luke juga harus menjadi solusi tepat kenapa Emma selalu tak percaya kepadanya. Dinamika drama mellow hanyalah salah satu dari beberapa elemen yang bungkus secara aneh oleh Fubar.
Sebuah film aksi dengan bungkusan lelucon sang ayah. Arnold yang duduk sebagai produser, seperti jelas terlihat kehilangan minat terhadap filmnya sendiri.
Sebuah kerinduan melihat kembali aksi garang Arnold yang hanya terbayar dengan nostalgia serba tanggung. Namun saya juga tidak menyia-nyiakan akting Monica Barbaro yang sangat bagus. (Q2)