
POJOKSINEMA – Instalasi ke-5 franchise Scream kali ini bisa kita sebut sebagai requel ; sebuah unsur cerita yang mengaduk sekuel dengan reboot. Alhasil film yang kali ini diarahkan duet Matt Bettinelli-Olpin dan Tyler Gillett tetap nikmat tersaji.
Trio ikon Scream , Neve Campbell ( Sidney prescott), David Arquette ( sherif Dewey ), dan Courteney Cox ( Gale), kembali dihadirkan. Hal ini demi memberikan muatan memori yang segar, bahwa film ini mengawali kesuksesannya bersama mereka.
Namun, seperti ada kekhawatiran bahwa tanpa keterlibatan trio Campbell, Arquette dan Cox, maka Scream tak bisa berbuat apa-apa.

Saling bantai demi misi membunuh -dengan alasan konyol- versus menyelamatkan nyawa tetap menjadi keunggulan Scream.
Tokoh Tara (Jenna Ortega ) menjadi pemicu bagaimana ‘ghostface’ , memainkan peran aktualnya. Si Topeng Hantu teramat haus membantai siapapun yang ia inginkan melalui versi cerita imajinasi sadisnya.
Sosok Billy Loomis ( Skeet Ulrich ) – yang menjadi pembantai pada Scream (1996) harus dipaksa muncul sebagai memori memperkuat plot cerita. Meski sasaran cerita bukan pada Billy Loomis.

Tapi semua dibuat sedemikian rupa agar film ini menjadi requel yang tepat.
Tara memiliki saudara perempuan, Sam ( diperankan dengan baik oleh aktris muda Melissa Barrera ) yang selama beberapa tahun tidak bertemu dengannya.
Sam akhirnya terpaksa menjumpai Tara, setelah mendapat kabar adik perempuannya itu ditikam sebanyak 7 kali oleh Ghostface.
Dari peristiwa ini rekayasa dialog-dialog ‘requel’ mulai menggulung cerita yang memboyong plot hingga di akhir film.
Bagi saya (penulis), Scream edisi terakhir ini, harus punya keberanian untuk me-reboot cerita dengan tampilan yang betul-betul baru. Namun demikian, tidak boleh kehilangan originalitasnya jika ingin berlanjut instalasi berikutnya.

Hanya dibutuhkan keberanian hebat untuk tidak melibatkan kembali Neve Campbell, David Arquette dan Courteney Cox pada instalasi berikutnya. Baik untuk sebuah reboot atau untuk sekedar me-remakenya.
Mungkin beberapa tahun kedepan, pasti ada aktor yang tepat untuk memainkan karakter Dewey, Sidney dan Gale. Itupun bila ada rencana untuk memanjangkan kembali franchise horor ini.
baca juga yah : See For Me : Konsep thriller modern yang miskin rasa
Kait-mengkait plot cerita dari film pertamanya memang sudah semestinya berakhir di sini.
Kita tetap merindukan suara Ghostface saat menyapa Sidney di telepeon ” hello Sidney.”
Tapi Sam juga punya kalimat takjub untuk menghabisi Ghostface “Jangan pernah macam-macam dengan anak perempuan seorang pembunuh berantai !”. (Q2)