
POJOKSINEMA – Dari studio White Collar Pictures dan Happening Films, Janin Iblis Neraka karya sutradara Joko Nugroho film meramaikan teater bioskop. Saat ini film horor masih menjadi primadona hingga saat ini, bahkan sampai di penghujung tahun.
Namun demikian juga tak banyak film horor yang memiliki nadi hiburan. Sebagaimana layaknya sebuah genre horor, hanya hitungan jari yang bisa kita anggap sukses di pasaran. Selebihnya, ya hanya bisa balik modal atau rugi besar.
Film Janin Iblis Neraka juga punya misi besar, yakni menghibur sekuat tenaga penontonnya. Bukan sekedar jumlah atau kuota layarnya saja yang banyak, agar terlihat film ini sedang semangat menjajakan dirinya.
Namun lainnya juga selalu menjadi pertimbangan; kenapa saya harus menonton film itu? katakanlah demikian.
Film Janin Iblis Neraka dengan tiga kata judul yang sebenarnya sangat komersil. Mungkin akan bisa lebih berbobot lagi bila saja cara membungkus film ini dengan post-produksi yang rapi.
Termasuk memaksimalkan kualitas grading colour-nya.
Tidak serta merta asal bisa tayang di bioskop. Sutradara Joko Nugroho juga semestinya mampu memberikan treatment yang maksimal kepada seluruh pemainnya.
Hal ini harus ia lakukan sesuai kesungguhan hati dan pikirannya, menyangkut karya seni buah tangannya. Agar karya yang ia ‘brojolkan’ tidak tampak seperti FTV yang nyasar ke layar bioskop.
Kemampuan akting pemainnya sangat hambar, jujur saja demikian yang saya (penulis) lihat. Meski sebenarnya masih bisa dikompromikan dengan skenario yang jempolan.
Sayangnya skenario juga sangat lemah untuk dimainkan. Maka jadilah para lakonnya hanya bermain dengan modal kemampuan secukupnya.
Saya lihat pun aktor muda sekelas Samuel Rizal hanya main sendiri saja. bakan yang terjadi adalah mereka hanya menguasai apa yang disampaikan naskah, bukan apa yang diinginkan cerita.

Lagi-Lagi Plot Jadi Sasaran.
Trio Joko Nugroho, Fajar Syudrajat, Wahyu Nugroho, yang menulis, memoles dan mengawal naskah bersama telah gagal memabngun kekuatan naskahnya sendiri.
Entah kenapa film horor yang dibintangi juga oleh Aliyah Faizah, Oce Permatasari, Yama Carlos, Birgi Putri dan Tyara Vanesha, telah ‘khilaf’ untuk menghujamkan tekanan suspense dan thrillernya.
Filmnya terlalu datar dengan kondisi penyutradaraan, plot cerita serta skenario yang serba datar-datar saja. Tak ada energi besar yang menyembul menghidupkan elemen misteri, suspense dan thrillernya, bahkan rasa horornya sendiri.
Apalagi film ini juga menyuguhkan adegan romansa di ranjang yang bagi empunya film adalah bertujuan memikat penonton dengan scene ini.
Plot ini sebenarnya bisa dimasukkan dalam area twisty. Seperti saat Jin jahat menyerupakan sosok Dika (Samuel Rizal) yang mencumbu Ranti ( Aliyah Faizah ) istrinya, di waktu malam saat tidur lelap. Sementara pada scene lainnya, Dika yang beralasan kedapatan tugas lembur, malah ternyata tergoda untuk tidur dengan asistennya, Lusi (Birgi Putri).
Kenapa sutradara dan penulis tidak berkompromi agar memoles scene tersebut menjadi rajutan edting yang ‘mahal’ untuk penonton. Agar menjadi kejutan siapa yang sebenarnya meniduri Ranti pada malam itu?? ini yang semestinya jadi jawara dalam Janin Iblis Neraka.
baca juga : Ditegur Badan Wakaf Indonesia, Film “Wakaf” Malah Jadi Menarik
Jadi biarkan film ini mengalir dengan desain script berisi instalasi suspense dan misteri yang powerfull. Lalu semua itu dioleah dan di tuntas lewat dramaturgi di akhir durasi.
Tapi sudahlah saya tak ingin banyak komentar, ulasan artikel ini semata sebagai cara saya (penulis) meyampaikan apresiasi terhadap karya seni anak bangsa.
Pun demikian adanya tidak ada yang buruk dengan film ini, semua hanya bagaimana upaya keras film ini mencapai kepuasannya. Saksikan Janin Iblis Neraka mulai 12 Oktober.
Oh Ya bagi anda yang ingin nonton film ini dengan program murah meriah, cukup bayar Rp 5000,- saja mulai 12 hingga 15 Oktober di seluruh jaringan XXi. (Q2)