
POJOKSINEMA – Film horor fantasy psikologis “Talk to Me” karya Danny dan Michael Philippou dengan cerdik merilis banyak kegilaan mental kegilaan yang terjadi dari sekelompok anak muda. Konsep cerita Talk to Me memang agak aneh tapi unik, namun demikian begitulah cara Philippou bersaudara masuk ke dalam pentas industri.
Talk to Me tak semata berbicara karakter anak muda lokal di Australia, namun bagaimana perangai mereka juga ingin bak kaum muda Amerika. Para anak muda yang bereksperimen dengan kekuatan supranatural benda keramik berbentuk tangan dengan coretan nama dan simbol.
Kegilaanpun menjadi keasikkan mereka saat Mia (Sophie Wilde) ditantang keberaniannya memegang tangan tersebut sembari menyebut Talk to Me maka munculah penampakan arwah orang mati di hadapannya. Hanya Mia yang dapat melihatnya sendiri.
Atas saran temannya yang memiliki keramik tangan tersebut agar Mia mengatakan “ I let you in” , sontak kekuatan ada gaib merasuki tubuhnya. Dari sinilah rentetan petaka kematian mulai menjadi teror menakutkan bagi Mia.
Sayangnya teror itu tak saja dirasakan sendiri. Riley (Joe Bird) adik dari Jade (Alexandra Jensen) sahabat Mia, juga kena imbasnya.
Oh ya, saya jeda sebentar ; untuk anda ketahui betapa eloknya akting Alexandra Jensen dalam film ini.
Riley dengan rasa penasarannya, memaksa Mia beserta temannya agar ia di ijinkan mencoba permainan tersebut.
Singkat kisah, petaka akhirnya menimpa Riley. Merasa karena Mia lah penyebab petaka itu, Jade dan ibunya ( dimainkan dengan baik oleh aktris Miranda Otto ) menyalahkan Mia. Bahkan Mia tidak diizinkan menjenguk Riley yang sekarat di rumah sakit.
baca juga : Film Horor Susuk: Kutukan Kecantikan Dan Kehebatan Naskah
Talk to Me dan The Babadook

Plot cerita Talk to Me memang agak kompleks dengan plotnya. Semua di jahit lewat editing yang ‘bagus’ demi menyelaraskan story telling film ini. Namun sebenarnya film ini juga tidak sepenuhnya bicara tentang horor dan misterinya seperti kebanyakan.
Unsur polesan drama dalam film ini juga sangat kuat. Naskah garapan Danny Philippou beserta Bill Hinzman dan Daley Pearson alhasil melahirkaan kualitas seni peran para bintang muda anak yang cukup manis.
Skenario juga menjadi jurus jitu untuk memaksimalkan olah akting para aktornya. Belum lagi sinematografi yang cukup elok tampil secara visual, adalah buah kreasi Aaron McLisky yang duduk sebagai Director of Photography.
Nonton Talk to Me, mengingatkan saya dengan film The Babadook (2014), karya Jennifer kent. Dalam soal menghadirkan thriller psikologisnya, Talk to Me punya kemiripan dengan The Babadook. Begitupun dengan sound efeknya, terutama pada beberapa scene gedoran pintu yang cukup keras dan mengagetkan.
Jika Talk to Me menebarkan teror keramik berbentuk tangan dengan corat-coret dan kekuatan mistisnya. Maka The Babadook, adalah dongeng tidur tentang makhluk aneh menyeramkan, yang akhirnya pun menjadi teror menakutkan.
Kenapa tiba-tiba saya teringat The Babadook? Bahkan mencoba mencari sedikit kesamaan Talk to Me dengan film tersebut? Karena sesungguhnya dua nama Danny dan Michael Philippou juga terlibat sebagai additional crew dalam film The Babadook.
Cukup kasat mata terlihat dan renyah disimak bahwa duo kakak beradik kembar ini masih terngiang-ngiang dengan konsep The Babadook. Yang dijual Talk to Me tak jauh berbeda, kekuatan drama keluarga yang juga menjadi resep film ini.
Kini, Talk to Me menjadi lebih dari sekedar teror menakutkan melebihi The Babadook milik Jennifer Kent, teror menakutkan yang selalu mengawasi manusia untuk bersekutu dengan iblis. (Q2)