Bonnie: Soal Laga, Belajar ‘Yang Tekun’ Dari Sineas Hong Kong

Aryo Wahab dan Livi Ciananta ( foto : kicky herlambang/pojoksinema.com )
Aryo Wahab dan Livi Ciananta ( foto : kicky herlambang/pojoksinema.com )

POJOKSINEMASaya (penulis) hanya bisa mengatakan bahwa studio Tawang Khan Production sangat berani menawarkan bungkusan drama-laga “Bonnie” ditengah banjirnya film horor di bioskop.

Kenapa saya harus katakan demikian, pasalnya ide untuk membuat film ini memang sangat berani akan tetapi tidak dengan eksekusinya yang tampil biasa saja.

Bonnie   yang disutradarai oleh Agus H. Mawardy dan Marsha, serta diproduseri oleh Atmi S tak lebih dari sebuah proyek berkarya yang hendak tampil di layar bioskop. Skill para bintang utamanya-pun hanya mendesain diri (sesuai naskah) sebagai sekelompok manusia yang menuntaskan misinya dengan baku hantam.

Artinya, kemampuan akting para pemainnya pun belum cukup  tergali dengan maksimal. Meski melibatkan para koreografer laga asal All Star Team, pun varian laga yang dipertunjukan itu-itu saja.

Tidak ada yang lebih untuk menikmati “Bonnie” sebagai film laga berdarah. Bahkan efek suara tikaman benda tajam yang menusuk tubuh pun sangat terdengar aneh alias berlebihan. Mungkin maksudnya agar kompromi visual dan efek suara itu mampu membuat para penonton terasa ngilu, tapi nggak bagi saya yang menggemari film aksi berdarah-darah.

Ada yang sekedar bisa disebut menarik, saat saya melihat scene baku hantam yang melibatkan banyak ekstras. Jadi teringat adegan aktor Ekin Cheng saat muda tampil sebagai anggota triad muda dalam Young and Dangerous (1996). Adegan baku hantam dengan senjata ‘Golok Hong Kong’ nya sangat memukau dan agak ngilu  terekam dengan ‘brutality flavour’.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *