Setidaknya saya diharuskan ikut berlomba mencari ‘dalang’ dari ketegangan dan keseruan film ini.
Dialog dalam kemasan argumen-argumen konflik yang dilepas pun cukup menarik , tidak terkesan asal muntah.
Bahkan bagaimana upaya sutradara Dante Aubain -yang juga ditopang pengolahan naskah cerita dari Mally Corrigan – mempertahankan karakter para pemainnya juga terlihat sangat baik.
Intensitas ketegangan yang dirakit juga tak sembrono, artinya The Alpines tak sekedar film berbiaya murah, tapi juga ingin berkelas dengan genre setaranya.
baca juga disini : Zila Zuliza : setelah kolosal lanjut perankan karakter alter-ego
Pada akhirnya plot misteri yang dibangun sejak 20 menit pertama, secara perlahan mulai menampakkan jejak.
Tentu hal ini juga digiring oleh potongan scoring dan visual gambar yang mengajak kita untuk bersenang-senang dengan dramaturginya.
Meski, secara ending film The Alpines masih kurang mahfum untuk memberikan level kepuasan bagi sebiah genre horor-misteri dengan polesan thrillernya.
The Alpines mungkin bukan sebuah film yang sempurna, namun dengan area slow-burn yang dibuat, The Alpines telah berbuat maksimal apalagi soal karakter tadi yang cukup terampil untuk dipertahankan.
Setidaknya The Alpines dengan muatan psikologisnya menyiratkan banyak pesan dalam realitas kehidupan tiap tiap orang didalamnya. (Q2)