Prey : keseruan prekuel waralaba laris Predator yang sadis

Prey : keseruan prekuel waralaba laris Predator yang sadis
Prey, Amber Midthunder ( pojoksinema.com )

POJOKSINEMAYang berbeda dari kisah makhluk buas pemangsa dari antah berantah ‘Predator’ versi Prey adalah betapa film aksi fiksi ilmiah ini tampil gemilang sebagai prekuel  Predator.

Film Prey yang dirilis Hulu besutan sutrdara Dan Trachtenberg layak untuk menghabiskan banyak biaya agar bisa tampak megah dan mahal di layar bioskop.

Instalasi ke lima waralaba laris dari karya cerita karakter Jim Thomas dan John Thomas ini memang tidak memasang bintang besar, namun tim pemasaran Prey bekerja sangat maksimal untuk membuat prekuel ini menjadi lebih komersil.

Ada banyak kekacauan nan menegangkan yang disematkan bersamaan dengan aksi monster yang brutal di tengah lanskap hutan yang terekam sangat ciamik.

Amber Midthunder
Prey ( pojoksinema.com )

Dengan bumbu prekuel sebagai maklumat kisah alien jenis predator yang kali pertama tiba di bumi di tahun 1719, maka kita bisa memperhatikan bahwa senjata yang digunakan sang pemangsa cukup terkesan retro.

Modus operandi Predator dalam Prey masih sama, yakni memburu lalu ia diburu oleh manusia yang nekat untuk menghabisinya.

Peran Naru (Amber Midthunder), pejuang muda yang ingin ikut serta berburu seperti laki-laki di sukunya  -termasuk Taabe (Dakota Beavers) saudara laki-lakinya- menjadi sangat penting sepanjang film.

Betapa Naru dengan kecerdikannya yang meyakinkan pada akhirnya memuntahkan naluri memburu dan membunuhnya.

Naru juga yang mengajak kita untuk sepakat memburu Predator, karena ialah orang pertama yang menemukan dan merasakan keanehan atas hadirnya makhluk pemangsa tersebut di tanah mereka.

Taabe yang sejak awal tidak mentolelir keterlibatan Naru untuk ikut berburu, pada akhirnya harus sepakat dengan naluriah Naru yang juga ingin menyelamatkan peradaban dari serangan Predator.

baca juga yah : Petualangan horor mengerikan di hutan Wanalathi yang bikin merinding

Saya (penulis) juga wajib memberikan sanjungan atas nama sinematografi Prey, yang secara perlahan berhasil menampilkan ruang-ruang eksplorasi gambar nan elok yang secara detail mampu menghembuskan kepuasan batin.

Seperti ketika saya menikmati pertempuran beruang coklat ( Grizzly) khas Amerika Utara versus Predator, betapa olahan sinematografi Jeff Cutter di gelar dengan cerdik.

Film Prey alhasil menjadi penerus yang layak untuk versi asli Arnold Schwarzenegger, meskipun kita tidak akan mendengar kata ‘choppa’ dalam film Prey, seperti pernah disebut Arnold Schwarzenegger dalam Predator tigapuluh lima tahun silam. (Q2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *