
POJOKSINEMA – Film Jailangkung Sandekala produksi SKY MEDIA dan CJ ENM memang digarap sutradara Kimo Stamboel dengan warna reboot yang sedikit berbeda,katanya demikian.
Film Jailangkung Sandekala ditangan Kimo Stamboel sedikit lebih ‘bergaya’.
Kimo berupaya membaurkan rasa misteri dan thriller secukupnya dalam horor reebot ini.
Meski Kimo Stamboel sendiri seperti harus ‘memiskinkan’ rasa suspens-nya.
Mungkin karena terlalu banyak unsur yang ingin disampaikan dalam film ini.
Sehingga suspense sebagai ciri khas horror yang seharusnya terbangun dengan intense harus mengalah dengan problematik keluarga serta drama-drama ‘crime’ investigasi.
Bagi saya (penulis), premise film ini cukup sederhana, tentang pencarian seorang anak yang hilang.
Dan.. tidak ada yang surprise dalam plot cerita, artinya film ini mudah ditebak berkaitan dengan sebab musabab dan dalang kejahatannya.
Kimo Stamboel dan Rinaldy Puspoyo sebagai penulis cerita, harus lebih mengerahkan tenaga dan pikirannya lebih intens untuk tempak cerdas menghidupkan ikonik boneka kayu ‘Jailangkung’.
Hal Ini sangat penting agar Jailangkung sebagai franchise tidak menjadi sekedar film yang berusaha menakut-nakuti penonton belaka.
Jailangkung Sandekala-pun tidak terlalu kuat sebagai cerita mitos tentang sosok jin atau iblis yang mengganggu dan menculik anak-anak di persimpangan waktu menjelang Maghrib.
Jika ingin cerita mitos horor tentang menjelang waktu Maghrib yang di percaya rawan setan, maka masih banyak kisah menarik lainnya tanpa harus melibatkan Jailangkung yang sebenarnya dalam kisah mitosnya, bisa dipanggil kapan saja “ datang tidak diundang, pulang tidak diantar’
Jadi, Jailangkung tidak memerlukan waktu Maghrib, karena ia dipanggil oleh manusia yang membutuhkan kisah misteri dan horornya.
Meski demikian film ini tidak secara langsung menceritakan jin Jailangkung yang muncul diwaktu Maghrib, namun disini, Jailangkung sebagai media (alat) pemaggil arwah belum tereksekusi dengan baik.
Alih-alih, Jailangkung Sandekala berlari kencang dengan nuansa thriller dan misteri tentang anak hilang yang jelas-jelas bukan di telan ( di sembunyikan ) oleh Jailangkung.
Saya mnegharap adanya chemistry yang kuat antar pemain, seperti aktris Titi Kamal ( Sandra ) dan aktor Dwi Sasono (Adrian ), yang memerankan pasangan suami istri , namun rupanya hanya terlihat biasa saja.

Disini saya, melihat betapa Kimo cukup menyederhanakan porsi peran para bintangnya masing-masing, agar tidak saling ‘unjuk kehebatan’.
Tanpa ngotot untuk membebaskan mereka dengan kemampuan jam terbangnya -yang bisa saja membuat pengaruh bagi para pemain lainnya yang masih minim jam terbang.
baca yah : Melongok dua menit trailer Inang dengan kengeriannya, benar begitu?
Ada Syifa Hadju, yang terlihat tampil sekedar saja dengan kualitas aktingnya, apalagi jauh dari keelokan chemistry saat ia harus bertatap muka dengan Titi Kamal.
Secara menyeluruh Jailangkung Sandekala, cukup dengan treatment-treatmentnya, apapun itu film ini mengalir dengan jujur tanpa gore dan twist!
Alhasil, jadilah sebuah film hiburan Jailangkung Sandekala dengan sinematografi yang cukup dan plot cerita ringan, bersama balutan efek-efek CGI takjub, meski hanya melahirkan sebuah film horor reboot yang biasa-biasa saja… di bioskop mulai 22 September. (Q2)