The Chalk Line : horor psikologis membingungkan, plot Twistnya oke!

the chalk line - pojoksinema.com
The Chalk Line

POJOKSINEMAMeski membingungkan awalnya,  film horor psikologis The Chalk Line pada akhirnya memiliki sentuhan emosional dengan kejutannya secara bertahap.

Film The Chalk Line (berjudul asli Jaula), mengawali plot pasangan muda kelas atas melintasi jalan sepi, lalu menemukan anak perempuan.

Pasangan muda Paula (Elena Anaya) dan Simon (Molinero) menemukan seorang anak perempuan, Clara ( Tennear)  berkeliaran sendirian di jalan.

Clara terjatuh saat Paula dan Simon ingin mendekatinya.

Singkat kisah setelah proses perawatan di rumah sakit, Clara tinggal dirumah pasangan Paula dan Simon.

Identitas Clara tak jelas, hingga Paula diminta tim dokter untuk bisa berkomunikasi dengan Clara untuk mengetahui asal muasalnya.

Selanjutnya misteri dan beragam kejutan mulai terjadi di rumah mereka berdua.

Penonton akan diajak bermain teka-teki, apakah Clara memiliki kekuatan supranatural atau ada latar belakang lainnya?

Meski kita tidak akan terperangkap dengan plot klise atau bahkan cerita umumnya terror di dalam rumah dengan unsur mistisnya.

Komunikasi paula dengan Clara mudah kita terima, bahwa misteri akan terpecahkan dengan bahasa yang dimengerti kedua belah pihak.

Clara hanya bisa sedikit bahasa Jerman, namun ia tak bisa berbahasa Spanyol.

Sementara Paula dan Simon sama sekali tak bisa bahasa Jerman.

the chalk line - pojoksinema.com
Elena Anaya

Meski sebenarnya pemahaman ini menjadi kesulitan sendiri untuk memboyong kita kedalam plot selanjutnya.

Bagaimana cara film ini memecahkan masalahnya dengan dua bahasa yang tidak dimengerti lawan mainnya?

Kecerdasan The Chalk Line setidaknya adalah melakukan pekerjaan berat menciptakan misteri tentang apa yang sedang terjadi sebenarnya.

Penampilan aktris Elena Anaya sangat menonjol sebagai karakter perempuan yang berjuang untuk menyatukan semua unsur yang terkait dan tersembunyi. 

Film ini juga sebuah debut bagi sutradara Ignacio Tatay yang dibantu penulis naskah Isabel Peña (Stockholm).

Jujur saja, cukup membingungkan plot yang diramu Isabel Peña, namun saya (penulis) baru tersadar pada babak ketiga film ini.

Isabel berhasil dengan tepat waktu memberikan plot twistnya yang jauh dari pemikiran saya.

Sementara disisi lain kenikmatan dengan rasa penasaran berbaur misteri dan ketegangannya, saya juga harus menghormati Peña sebagai penulis cerita

bacs juga : Meski menarik horor Barbarian menjadi kemunduran di era modern

Menonton The Chalk Line harus bersabar untuk tidak terlalu dini menduga Clara, seperti kebanyakan genre horror modern saat ini.

Hanya saja saya ingin sedikit diberi kepuasan endingnya saja ;  sedikit saja cukup Tatay. (Q2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *