Wakaf : Film “Horror Popcorn” Dengan Rasa Dakwah

adi garin
Adi Garin ( foto : kicky herlambang/pojoksinema.com )

POJOKSINEMASaya mengajak anda para pembaca untuk sekedar bertanya kenapa kita harus nonton film Wakaf? Sebuah film genre drama-horor keluaran Super Media Pictures karya sutradara Adi Garin, yang tayang mulai 26 Oktober di seluruh bioskop.

Film Wakaf memang punya alasan sendiri hadir ditengah banyaknya genre sejenis dengan mempopulerkan menerus karakter Iblis. Film ini muncul ditengah maraknya tema-tema adu domba sosok iblis dengan manusia, sebagai nilai jual cerita.

Hanya Ironisnya, pasar penonton juga mulai merasakan kejenuhan ketika banyak genre horor-misteri selalu mempersunting iblis dan kaumnya untuk menjadi lakon penghibur.

Film horor nasional seperti menjadi barang rip-off yang murah meriah gak perlu keluar uang banyak memproduksinya (tergantung juga). Tapi laku untuk dijajakan dengan ciri  yang sama.

Pada genre horor yang mengesub tema Adikodrati  sering mendaulat sosok iblis sebagai biang keladi rusaknya kehidupan manusia. Meski beberapa film tidak menggunakan sebutan ‘Iblis’ sebagai judul.

Film Wakaf agak berbeda, meski tetap dengan muatan pesan religius. Ketika nafsu manusia melampui batasnya untuk kepentingan duniawi, maka iblis ikut ambil bagian demi menyesatkannya,

Wakaf tak serta merta ingin menjadi pengikut tema banyak film yang asyik ‘memainkan’ Adikodrati sebagai nilai jual cerita. Dalam cerita film horor kekinian, Iblis selalu menjadi makhluk yang dipersalahkan atas rusaknya moral dan perilaku manusia.

pitri delina - oleh kicky herlambang
Putri Delina ( foto: kicky herlambang/pojoksinema.com )
Film Popcorn Dan Keberanian

Wakaf tidak membuat kepala kita pusing untuk menebak-nebak lewat alur mondar mandir seperti sedang terjadi pada kebanyakan tema cerita horor-misteri Indonesia. Sebagai sutradara, Adi ingin memposisikan diri menjadi  sineas yang memiliki independensi.

Film ini  mencoba menggunakan formula horror-popcorn dengan rasa dakwah, namun tetap bergumul dengan treatmentnya.

baca juga : Ballerina: Balas Dendam Klasik Yang Banjir Pujian Media Nasional

Dalam karya terbarunya, ia tak ingin memainkan plagiat atau menjadi copycat dari banyak genre horor. Maka dari itu, film yang diusungnya nyaris tak terdengar jump-scare, meski ada satu scene.

Cukup terampil memainkan ruang suspense dengan pola curve-nya. Temanya sederhana, hanya kisah keserakahan anak manusia.

Sekuat tenaga berupaya agar film ini tidak menjadi ‘pepesan kosong’.

Alhasil Adi Garin berhasil memiliki keberanian tinggi untuk memoles cerita Wakaf menjadi karya film yang sangat berbeda dengan film debutnya Roh Mati Paksa..Sebagai sineas, Adi tentu harus punya sikap, bahwa film sebagai karya juga harus bermetamorfosa seiring kemajuan zaman.

Secara otomatis, ia sebagai pribadi juga harus memiliki keberanian jika ingin bertahan di industri. Keberanian apa? Yah metamorfosis diri tentunya, untuk menghasilkan banyak karya yang jempolan di masa datang.

Nah hanay satu yang saya tidak suka di film ini, adalah ColourGrading -nya yang sangat minimalis. Selebihnya, entah itu tema, olah peran, plotnya, m,asih saya bisa terima  saja.

Kini Wakaf hadir bersama Putri Delina, Kiki Amalia, Egy Fedly serta lainnya, sebagai film penghibur anda.

Lanjut nonton saja..?? Silahkan ke bioskop! (Q2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *