
POJOKSINEMA – Setelah perannya yang luar biasa dalam “Birds of Prey,” aktris Mary Elizabeth Winstead kembali memainkan lakon perempuan keji yang menghabisi semua musuhnya dengan banyak desingan peluru di film Kate, karya sutradara Cedric Nicolas-Troyan.
Mary Elizabeth Winstead tidak sekedar figur agen keji Kate yang sangat kredibel, disini ia juga secara menyeluruh memberikan kedekatan atas performa aktingnya.
Seperti menjadi keharusan untuk menonton film Kate dengan ruang visual atas karakter yang dibangunnya dengan maksimal.

Meski lagi-lagi, saya (penulis) menemukan klise tentang seorang perempuan di Osaka, yang menjadi pembunuh bayaran dengan naluri keibuannya saat melihat anak perempuan yang berdampingan dengan target yang akan dibunuhnya.
Bahkan untuk penataan koreografi laganya-pun biasa saja, untuk film dengan biaya produksi menengah ini.
Kate dibesarkan dan di latih cara bertahan hidup dengan kekerasan oleh Varrick ( Woody Harrelson ), seorang pria yang juga menjadi mentor dan pemberi perintah ‘licence to kill’.
Kisah bergerak dengan misi terakhir Kate, di mana dia akhirnya bekerja sama dengan seorang remaja nakal bernama Ani (Miku Patricia Martineau), yang tak lain adalah anak remaja yang ia lihat sebelumnya.

Film Kate tidak secara konyol menggambarkan sosok perempuan hebat dengan kekerasan dan kelincahannya, pun adanya karakter Kate memang tidak deibangun demikian, ioa harus mengalamim kelehan dan luka-luka hingga membuat fisiknya kian memburuk hingga di menit terakhir.
Upaya Kate sebagai karakter dalam film thriller-action, juga ingi mensejajarkan diri dengan film-film aksi Asia yang keren.
baca juga : The Voyeurs : Sensasi ‘Erotic Thriller’ yang dangkal intrik
Kate ingin memberi sebuah sinyal bahwa Hollywood masih mampu membuat film-film aksi thriller yang sekeren punya orang Asia, meski disayangkan film ini hanya menjadi pujian yang konyol dan memalukan bagi budaya Asia dan Jepang saja.
Tapi beruntunglah Umair Aleem dengan Kate yang ditulisnya , telah memboyong ia menjadi penulis cerita bertangan dingin, ketimbang Extraction, film sebelumnya yang ia pernah tangani naskahnya.
Namun demikian plot yang kelewat berliku, Aleem bagi saya belum berhasil menemukan klimaks akhir cerita sebagai jalan keluar yang elok menutup perjumpaan selama hampir dua jam.
Kate patut anda tonton tapi jangan mencoba untuk menduga-duga bahwa film Kate akan melaju dengan inventif. (Q20