Film “EVA: Pendakian Terakhir” perlu unsur suspense yang kuat

preskon film eva pendakian tekahir - pojoksinema.com

Ketelitian memboyong arah plot cerita pada naskah polesan naskah film yang ditulis oleh Baskoro Adi Wuryanto dan Imam Salimi juga menjadi masalah dalam mengarahkan plot yang solid.

Demikianpun, persoalan sound effect kejut alias Jump-scare, adalah teknik lama untuk di sematkan cukup banyak. Kenapa tidak elemen scoring yang ‘pas’ saja di sematkan agar bias mengkawal visualnya, supaya energi suspense dan hroronya lebih terasa?.

Film “EVA: Pendakian Terakhir” perlu unsur suspense yang kuat untuk membangun kengeriannya, begitulah semestinya naskah mengalir.

Aksen ‘Jawa’ sedikit medok, yang awalnya di lontarkanpun oleh lima anak muda,; Eva ( Bulan Sutena), Pasha (Kiesha Alvaro), Nisa (Ashira Zamita), Vicky (Ilham Aji Santoso) dan Joni (Axel Matthew Thomas), itu juga tidak bertahan lama. Pasha (Kiesha Alvaro) yang seharusnya tampil elok saat satu frame dengan Eva sebagai pesangan kekasih, juga belum menghasilkan chemistry secara visual.

Bahkan performa Bulan Sutena di awal film yang cukup baik, pada akhirnya tidak terkelola dengan baik hingga babak akhir. Bulan Sutena dan Eva alhasil hanya sebuah sampul hubungan antara aktor dan tokoh saja, tidak lebih.

Petualangan mematikan Eva dan rekan-rekannya yang semestinya menjadi kekuatan teramat sangat untuk di jual, hanya membuahkan adegan pembunuhan biasa yang dilakukan sosok iblis penghuni gunung dan tokoh Tentrik (Hanna Kinasih), yang dipasung karena sedang kerasukan iblis. Hal ini disebabkan jahitan naskah yang kurang menggigit.

Bagaimana kekuatan naskah untuk film horor semestinya menjadi ruang eksplor yang mujarab bagi film horor masa kini.  Apalagi jika treatment twisty-nya juga diramu dengan formula jitu dengan kekuatan menyeret emosional penonton.

Seketika saya  menafsirkan, tokoh Eva di babak akhir itu, mengingatkan  tokoh Sara dan Jess price yang diperankan oleh Natalie Dormer dalam “The Forest” (2016).

Horor “EVA: Pendakian Terakhir” memang lahir sebagai karya film yang ingin memberikan banyak pesan bagus. Seperti cara bertutur bicara yang baik, menghormati leluhur. Bagaimana film ini menyampaikan pesan yang kental terhadap generasi muda agar jangan sembarangan memperlakukan diri sendiri di tempat yang dihuni lelembut!

Terutama jangan pipis sembarangan di tengah hutan, nanti anda bisa bertemu hantu ‘EVA’.  (Q2)