Film “Air Mata Mualaf” memberi catatan sendiri bagi para penggemar drama religi, bahwa tak semua film berbasis religi harus mengangkat isu klasik tentang perbedaan sebagai instalasi plot.
Demikian juga, ketika banyak cerita drama religi yang mengangkat tema tentang isu poligami, maka “Air Mata Mualaf” justru tidak berhasrat menggunakan desai cerita serupa.
” Ini film drama religi yang sangat berbeda , baik itu cerita dan konfliknya sendiri. Kami tidak mengangkat isu-isu yang umum. Tapi nilai komersilnya film ini adalah problem pribadi seorang Angie sebelum dan saat menjadi mualaf. Angie harus menyelesaikan banyak masalah yang sempat menjadi ‘keraguan’ batinnya tentang apa yang telah ia ‘Imani’. Air Mata Mualaf adalah sebuah nilai-nilai humanis yang kami kemas sangat berbeda dengan drama lainnya, ” papar Dewi Amanda.
” Namun tentunya kami juga menggarapnya dengan baik. Yah sebagai filmmaker, secara intuisi kan saya juga berharap film ini menjadi antusiasme penonton film nasional. Secara konsep kami ingin film ini juga bisa mengedukasi secara moral,”