POJOKSINEMA – Memang perlu upaya jitu, bila film Waru ingin menuntaskan hasratnya untuk tembus jutaan penonton. Film horor yang sukses komersial selalu memiliki dampak cerita publik yang mengasyikkan.
Saat film horror tersebut sukses maka publikpun makin rajin memperbincangkan, tak segan menjunjung sukses komersil tersebut.
Tidak saja sebab musabab kenapa film tersebut sukses. Namun publik juga selalu memberikan point bagus atas keberhasilan film itu.
Pasar penonton tak lagi peduli siapa bintangnya atau siapa sutradaranya. Mereka hanya peduli bahwa film tersebut sukses menghibur mereka yang ‘rela’ jadi penontonnya.
Saya langsung beralih kepada proyek Waru, sebuah film genre horor arahan Chiska Doppert yang tengah jalan produksi.
Film dengan project title Waru ini – saya tidak menuntut – memang harus memiliki formula dan treatment yang maksimal. Tidak serta merta film ini hanya berkutat pada persoalan klenik atau bahkan lagi-lagi hantu-yang bekerja keras menakuti penonton.
Keinginan Waru ditangan Chiska Doppert adalah menjadi sosok dan karakter film horor yang menghempas dari banyak tradisi klasik yang membosankan.
Film horor memang tak banyak memiliki catatan prestis sebagai film yang dimuliakan di banyak ajang festival. Bahkan genre horor selalu menjadi kasta B, tidak pernah naik.
Karena genre horor memang kebanyakan di buat dengan biaya murah untuk menakuti penontonnya. Tapi bukan berarti genre jenis ini tak punya kekuatan untuk menjadi kaisar box office.
Jadi, film horor juga punya tenaga yang hebat untuk membuktikan bahwa genre ini juga punya cara mengkoyak box office.