The Silent Hour: Masih Lebih Baik Joel Kinnaman Di “Silent Night”

Hal ini juga terlihat dari penanganan naskah milik Dan Hall yang kurang mampu mengembangkan kedalalamsituasi. Secara emosional karakter Shaw seperti tidak memiliki pesona drama hidup yang baik.

Belum lagi persoalan banyaknya adegan laga penuhaksi yang jauh dari harapan. Brad terlalu biasa untuk memanfaatkan taraksi bakuhantam dan ketegangan yang maksimal. Alhasil, The Silent Hour hanya tampil bak film aksi ala Inggris, masih jauh dari kesan memuaskan.

Twistnya juga mengalir tanpa kejutan berarti, peran Detektif Doug Slater (Mark Strong) sebagai mitra kerja  sekaligus kawan baik Shaw yang ternyata penghianat hanya, dikelola biasa saja. Lalu bagaimana saya (penulis) bisa merasakan intrik dan kotornya departemen kepolisian di Amerika Serikat? Jika film ini hanya mengalir alakadar saja.

Banyak adegan kucing-kucingan di dalam ruang rumah susun dan lorong serta pertarungan di atas elevator -yang seharusnya berkesan-juga menjadi masalah besar. Hal ini tentu juga karena sinematografinya tidak berjalan dengan baik.

The Silent Hour seperti bersengaja diri memasukkan beberapa adegan yang tanpa disadari untuk Shaw yang luka pendengaran dan Ava (Sandra Mae Frank) teman perempuannya yang tuli, terlalu hebat – meski gagal diterima akal sehat.

Penantian Caca Cynthia Mendebut Diri Jadi Biduan Kondang

Semisal, saat Shaw memberikan tanda menggoyangkan uang kertas di bawah pintu kamar agar temannya yang tuli melihat bahwa itua dalah dirinya yang ada di depan pintu, agar dibukakan. Termasuk adegan ledakan death metal dengan pad milik tetangga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *