POJOKSINEMA – Akhir Agustus 2025, situasi politik di tanah air mendadak panas. Publik protes keras terhadap kinerja anggota DPR, hingga memicu gelombang aksi di berbagai daerah. Di tengah sorotan tersebut, diam-diam banyak wakil rakyat terlibat di dunia film. Dua nama di antaranya tengah jadi sorotan: Nafa Urbach dan Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio.
Pernyataan Nafa yang Anggota DPR Fraksi Partai Nasdem menuai kontroversi. Ia mendukung pemberian tunjangan rumah Rp50 juta per bulan bagi anggota dewan dengan alasan kompensasi ketiadaan rumah jabatan. Nafa juga mengeluhkan soal jarak rumahnya. “Saya aja yang tinggal di Bintaro, macetnya luar biasa,” ujarnya. Sikapnya memicu kritik karena dianggap tak peka terhadap kondisi masyarakat luas.
Sedangkan Eko Patrio tak kalah heboh. Pada Sidang Tahunan DPR/MPR lalu, sebuah video viral menunjukkan dia berjoget di dalam gedung DPR. Aksinya dinilai publik tak sensitif di tengah isu kenaikan gaji dan tunjangan anggota dewan yang sedang ramai.
Polah keduanya pun bikin publik mengamuk. Tak ayal, mereka (plus dua anggota DPR lainnya, Ahmad Sahroni dan Uya Kuya) menjadi target yang berujung pada penjarahan isi rumah. Kasus itu menjadi bukti betapa dalam rasa kecewa rakyat terhadap wakilnya di Senayan.
Apa yang menarik bagi pecinta film? Ternyata, baik Nafa maupun Eko lupa jika mereka punya proyek layar lebar. Film mereka dijadwalkan rilis tak lama lagi. Sungguh ironis, sorotan publik pada kiprah politik mereka justru berbarengan dengan momen penting ini.
Seperti diketahui, Nafa adalah produser rumah produksi Beehave Pictures. Bulan depan, tepatnya 23 Oktober 2025 studio ini akan merilis “Air Mata di Ujung Sajadah 2”, sebuah film drama yang dibintangi Titi Kamal, Citra Kirana, dan Faqih Alaydrus, serta disutradarai oleh Key Mangunsong.
Sedangkan Eko adalah ayah dari Nayla Ayu, produser “Jadi Tuh Barang” karya sutradara yang juga komika Kemal Palevi. Film ini malah tayang pekan mendatang 18 September 2025. Entah ada atau tidak modal Eko yang ditanam, namun tetap saja ada pengaruhnya terhadap nama baik proyek ini.
Bagaimana kelanjutan nasib film “Jadi Tuh Barang” dan “Air Mata di Ujung Sajadah 2” ini di bioskop? Tentu saja menarik, karena baru kali ini terjadi film bakal tayang di bioskop namun pemiliknya tertimpa masalah. Alhasil, sinefil mungkil jadi ilfill. Atau mungkin malah kepo dan berangkat ke bioskop?