Untuk sebuah genre horor atau misteri juga sedikit sentuhan thriller yang agak konyol, terlalu lama untuk mencari kepuasan. Yang ada film ini hanya mengulur waktu ‘plus’ bumbu adegan lucu yang tidak penting.
Bahkan saya pun masih berkompromi kenapa Gisella Anastasia yang akhirnya bukan pemeran utama dalam film ini. Saya lapang hati karena akting Gisella Anastasia-pun datar-datar saja.
Mungkin karena film ini memang ingin bermain dengan totalitas membuai drama dan efek psikologisnya. Jadi wajar saja untuk bintang terkenal sekelas Gisella Anastasia tak mendapat ruang eksplor yang mumpuni.
Akan berbeda saat saya melihat olah peran aktris berbakat Annisa Hertami yang sangat berani mengeksplorasi kemampuannya. Annisa bisa disebut gemilang dengan rata-rata adu akting dengan seluruh pemain.
Annisa yang berperan sebagai Sari , menantu Eyang Susana ( Ingrid Widjanarko ) cukup lentur dengan konsumsi karakternya. Meski pada akhirnya film ini harus jadi seru saat Sari melaknat dirinya untuk menjadi sosok jahat seperti Eyang Susana.
Ada alasan kematian Eyang Susana karena ulahnya sendiri, pada akhrinya melahirkan dengki dan serakah dalam batin Sari. Dirinya melakukan pesugihan seperti yang dilakukan mendiang Eyang Susana, dengan tumbal darah daging dari Putri ( Gisella Anastasia ).