Betapapun pada persoalan dialog, kecuali Denira Wiraguna, semua pemain lainnya terasa ‘garing’ berdialog. Tapi saya juga tak ingin sanksi bahwa pemain lainnya bak pesinetron yang hafal teks dialog.
Objek Pemanis
Untuk karakter Wini yang diperankan bintang muda (sebenarnya berbakat) Keiko Ananta akhirnya hanya menjadi objek pemanis yang tak manis rasanya. Karakter Wini sebenarnya berpeluang besar untuk meletup dengan unsur manusiawi dan problema yang dihadapi.
Namun saya juga sempat bertanya kenapa plot cerita ini harus maju-mundur dengan pengembangan buah pikiran penulis ceritanya? Kenapa tidak manfaatkan saja problem dan sisi manusia Wini yang teramat sabar dengan apa yang dihadapi?
Berandai saja jika karakter Wini menjadi kekuatan penuh ide cerita yang menjanjikan ini. Maka dipastikan Kartu Pos Wini bakal banjir air mata. Dan akan sangat banyak visual sinematik yang memanjakan mata kita.
Wini seorang anak berusia di bawah 10 tahun, memiiki kesikannya bermain dengan dialog cerdas. Momentum ini semestinya mampu terjaga untuk menguras energi Keiko.
Dan jika berhasil Keiko dengan karakter Wini-nya, mungkin akan mendongkrak kulaitas performa pemain lainnya.
Problem Chemistry
Alih-alih Kartu Pos Wini : Surat Beralamat Surga terlalu asyik memainkan romansa absurd antara Ruth, Krisna dan Reza. Jima tak ingin ditambahkan dengan Nayla ( Soraya Rasyid ), model foto yang juga tergila-gila dengan Krisna.
Tokoh Krisna yang sangat datar , bahkan emosionalnya tidak mampu diletupkan diperankan oleh Fajar Rezky. Sementara Reza diperankan oleh Ferly Putra.
Bahkan untuk melumat emosi antara Krisna yang tak punya rasa sayang dengan Nayla, skenario pun tak bisa berbuat banyak. Semua mengalir tanpa kekuatan.