Hal ini harus ia lakukan sesuai kesungguhan hati dan pikirannya, menyangkut karya seni buah tangannya. Agar karya yang ia ‘brojolkan’ tidak tampak seperti FTV yang nyasar ke layar bioskop.
Kemampuan akting pemainnya sangat hambar, jujur saja demikian yang saya (penulis) lihat. Meski sebenarnya masih bisa dikompromikan dengan skenario yang jempolan.
Sayangnya skenario juga sangat lemah untuk dimainkan. Maka jadilah para lakonnya hanya bermain dengan modal kemampuan secukupnya.
Saya lihat pun aktor muda sekelas Samuel Rizal hanya main sendiri saja. bakan yang terjadi adalah mereka hanya menguasai apa yang disampaikan naskah, bukan apa yang diinginkan cerita.
Lagi-Lagi Plot Jadi Sasaran.
Trio Joko Nugroho, Fajar Syudrajat, Wahyu Nugroho, yang menulis, memoles dan mengawal naskah bersama telah gagal memabngun kekuatan naskahnya sendiri.
Entah kenapa film horor yang dibintangi juga oleh Aliyah Faizah, Oce Permatasari, Yama Carlos, Birgi Putri dan Tyara Vanesha, telah ‘khilaf’ untuk menghujamkan tekanan suspense dan thrillernya.
Filmnya terlalu datar dengan kondisi penyutradaraan, plot cerita serta skenario yang serba datar-datar saja. Tak ada energi besar yang menyembul menghidupkan elemen misteri, suspense dan thrillernya, bahkan rasa horornya sendiri.
Apalagi film ini juga menyuguhkan adegan romansa di ranjang yang bagi empunya film adalah bertujuan memikat penonton dengan scene ini.