Tim produksi berangkat lebih awal untuk merekam perjalanan. Cukup dengan satu mobil yang dipasangi beberapa kamera dengan rig khusus untuk merekam kondisi jalan, suasana sekitar, hingga penanda geografis penting. Hasil rekaman dipakai sebagai latar visual, yang dipadukan dengan pengambilan gambar utama. Praktis tanpa harus mengajak seluruh kru berpindah-pindah lokasi.
Lucunya, ketika proses casting ada calon pemain yang sempat menolak ikut. Pasalnya, dia mengira syutingnya harus pindah tempat. Padahal tidak demikian. Justru syuting virtual begini membuat pemain tinggal datang ke studio dan duduk manis menanti giliran take.
“Sesekali mereka hadir juga di lapangan. Misalnya di Yogyakarta, atau ketika menyetir mobil masuk kapal feri di Pelabuhan Merak,” tukas Yuda. “Terutama ya main cast…”
Suasana semakin seru ketika sang sutradara mengajak praktik langsung pada para peserta. Maka mereka bisa merasakan syuting perjalanan dengan latar panorama yang ada di layar besar. Lalu naiklah volunteer ini ke atas mobil klasik ini seraya menikmati eforia perjalanan antar pulau yang sesungguhnya.
Ada kalanya peserta berulah, barangkali sudah merasa seperti Michael Schumacher. “Wah, supirnya lepas tangan. Kalau di jalan bisa kena semprit ini…” kata Yuda. Langsung disambut dengan ledakan tawa para hadirin.
“Menuju Pelaminan” merupakan salah satu proyek terpilih dalam Pitching Forum Indonesia Film Financing (IFF). Proyek ini menjadi bagian dari komitmen PFN dalam mendukung sineas lokal dan memperkuat ekosistem perfilman nasional. Rilis di bioskop mulai 16 Oktober 2025.
Sungguh sebuah konsep yang baru dalam produksi road movie di tanah air. Rasanya seperti angin segar yang sulit dibayangkan sebelumnya. (bat)
