POJOKSINEMA – Pada menit-menit awal menonton film The Privilege keluaran Netflix ini, saya berharap akan banyak sebuah kejutan dari genre horor Jerman ini, namun sayangnya hanya sepenggal harapan saja.
Horor The Privilege seperti sepiring gado-gado dengan keragaman bumbu dan sayurannya ; mulai dari sosok iblis yang samar, eksorsisme, pemujaan, proses memanggil arwah , kooky serta halusinasi.
Alhasil The Privilege tidak berdiri tegak bersama kemauannya menghibur penonton dengan taste horornya.
The Privilege menjadi sosok film dengan plot yang ingin terbang dengan dimensi-dimensi modernnya yang (bagi saya, penulis) agak buram alias abu-abu.
Padahal The Privilege telah mencoba dengan ramuan jump scare (awalnya) , sayangnya film ini tak mampu bertahan dengan rasa horor sejatinya.
Finn yang menjadi sentra cerita The Privilege, sebenarnya digambar dengan latar belakang yang cukup kompromistis untuk membentuk atmosfer horo dan ketegangan film ini.