Mengisahkan Norman yang kini tinggal bersama seorang anak gadis bernama Phoenix ( Madelyn Grace ).
Norman melatihnya kiat jitu menyelamatkan dan membela diri dari penjahat yang kelak meneror Phoenix.
Saya (penulis) berharap, Phoenix akan menciptakan sensasi -saat melawan para penjahat yang menyatroni rumah Norman untuk menculiknya – dengan panggung tragedi fisik atas apa yang ia terima selama tinggal bersama Norman.
Namun demikian Don’t Breathe 2 masih ingin menguras habis-habisan peran Norman yang sangat relatif aman seperti film pertamanya yang menghajar tiga pemuda saat memasuki rumahnya tanpa izin.
Dalam film pertama Norman digambarkan jauh dari batas welas asih, bahkan untuk ketiga pemuda yang menyatroni rumahnya pun tak tahu rasa kasihan kepada Norman ; misi mereka hanya ingin membuat kegaduhan dalam rumah seorang veteran tua yang buta tapi hebat dalam rasa dan pendengaran.
Akan tetap jauh berbeda dengan naskah yang kali ini ditulis secara bersama oleh Rodo Sayagues dan Fade Alvares ( sutradara Don’t Breathe , 2016).
Kali ini Norman betul-betul sekuat tenaga menghabisi musuh-musuhnya tanpa ampun.
Kesadisan pun cukup meramaikan film ini.