Sayangnya, yang ia rasakan dan alami tak setara dengan apa yang terjadi dalam diri sesungguhnya.
Peter masih dihantui mimpi buruk dan bayangan gelap, dan praktek pengusiran setan di masa lalunya yang membangun reputasinya masih menghantuinya.
Ia Pun harus berhadapan dengan kelompok anak-anak kecil yang terkena wabah dari penyebab iblis.
Awalnya tidak ada keraguan dari pembukaan film serius dari sutradara/penulis Alejandro Hidalgo ini, bahwa plot cerita The Exorcism of God sedang mengunyah imajinasi dalam ranah melodrama yang sangat berisiko tinggi.
Namun sebuah film adalah karya, tetap saja tak sempurna.
Film The Exorcism of God memang menawarkan elemen baru pada narasi dan plot, tentang kekejian hati manusia yang dirasuki iblis bernama Balban, yang sulit ditandingi kekuatannya.
Hingga membuat manusia itu harus mengusir ‘keyakinannya kepada Tuhan’ jika ia ingin menyelamatkan orang-orang yang disayanginya.
Pun masih tak terelakkan, ketika, Pastor Michael ( Joseph Marcell ) rekan kerja Pastor Peter, menyampaikan kalimat ‘agar iblis bisa diakali maka seseorang tidak boleh percaya pada Tuhan – dia harus percaya bahwa dia adalah Tuhan’.
Ternyata, kalimat ini pun bukan pamungkas untuk melenyapkan Balban selamanya.