Film The Exorcism of God memang menawarkan elemen baru pada narasi dan plot, tentang kekejian hati manusia yang dirasuki iblis bernama Balban, yang sulit ditandingi kekuatannya.
Hingga membuat manusia itu harus mengusir ‘keyakinannya kepada Tuhan’ jika ia ingin menyelamatkan orang-orang yang disayanginya.
Pun masih tak terelakkan, ketika, Pastor Michael ( Joseph Marcell ) rekan kerja Pastor Peter, menyampaikan kalimat ‘agar iblis bisa diakali maka seseorang tidak boleh percaya pada Tuhan – dia harus percaya bahwa dia adalah Tuhan’.
Ternyata, kalimat ini pun bukan pamungkas untuk melenyapkan Balban selamanya.
Sinematografi hitam putih dan gothic membawa jauh dari penggambaran naturalis.
Ini juga sebagai upaya bahwa betapa The Exorcism of God kental dengan rasa ‘ dosa manusia yang tak terampuni’
Ketakutan nan tinggi terhadap pengaruh iblis yang masih tersimpan mendalam di alam bawah sadar Pastor Peter, hingga ia berjuang keras untuk membatalkan dosa masa lalunya.
Mimpi buruk yang terus ia alami menjadi kekuatan paling konyol antara kualitas iman dan keputus-asaannya.

Terlebih ketika ia diminta bantuan sipir penjara untuk menaklukkan iblis yang merasuk kedalam tubuh gadis muda bernama Esperanza, yang diperankan dengan baik oleh aktris Maria Gabriela de Faria.
Film The Exorcism of God memanjakan banyak estetika dan klise naratif hingga mencapai klimaks yang literal.
Pengolahan Karakter dan narasinya cukup matang dan berkembang secara logis, tanpa menyimpang secara signifikan dari tujuan dan tema cerita.
baca juga : Blacklight : meski genre thriller action, bukan Liam Neeson yang dulu
Desain suaranya sangat memukau, bahkan untuk menempelkan foley derik pintu terbuka cukup menyeret.
Beberapa adegan jump-scare yang dilumatkan-pun cukup mengagetkan. (Q2)