Home » Indonesia Kibarkan Diplomasi Budaya di Cannes, Sinema Adalah Kunci!

Indonesia Kibarkan Diplomasi Budaya di Cannes, Sinema Adalah Kunci!

Rano Karno menegaskan bahwa partisipasi Jakarta di Festival Film Cannes adalah bentuk komitmen serius pemerintah dalam mendorong kemajuan perfilman nasional. Jakarta juga siap memperluas jejaring global dan membuka peluang kolaborasi strategis demi kemajuan industri film tanah air. Dia menyampaikan bahwa kampanye “Jakarta Kota Sinema” akan resmi diluncurkan jelang peringatan 500 tahun KotaJakarta pada 2027.

“Kehadiran kami di festival ini merupakan langkah awal untuk memperluas jejaring internasional. Ke depan, Jakarta juga akan membentuk Jakarta Film Commission untuk mendukung industri kreatif di bidang perfilman,” kata Rano Karno.

Paviliun Indonesia juga menjadi ruang strategis bagi promosi dan pertukaran kekayaan intelektual Indonesia. Dalam sesi khusus Showcase Indonesian IP in Marche du Film, delegasi memperkenalkan proyek-proyek adaptasi dari komik nasional seperti “Bandits of Batavia”, “Locust”, dan “Jitu”, serta film-film seperti “Pangku”, “Jumbo”, dan “Sleep No More”.

Dalam rangkaian AFAN Talks pada 15 Mei 2025 lalu, Indonesia turut dalam diskusi panel bersama berbagai pemangku kepentingan perfilman Asia dan Eropa. Pada forum ini hadir  pembicara dari CNC (Prancis), EFAD (Asosiasi Lembaga Film Eropa), serta delegasi dari Thailand, Filipina, dan Vietnam. Indonesia diwakili oleh produser Meiske Taurisia sebagai moderator dan Mia Santosa, selaku perwakilan dari Visinema.

Delegasi Indonesia menyampaikan pentingnya membangun kolaborasi kebijakan lintas kawasan untuk mendukung pendanaan, distribusi, dan pertukaran talenta film Asia-Eropa. Dalam diskusi tersebut, disoroti pula potensi kawasan Asia Tenggara sebagai pusat produksi kreatif global, dengan Indonesia sebagai salah satu negara penggerak utama melalui dukungan pemerintah dan keterlibatan komunitas film independen.

“Visinema berkomitmen untuk menjadi game changer dengan menghadirkan tontonan berkualitas lintas genre, walau tidak lepas dari berbagai tantangan,” ungkap Mia A. Santosa selaku Chief of Staff Visinema.

Masih ada produser Indonesia Yulia Evina Bhara yang menjadi juri dalam section Semaine de La Critique (Critics Week) di festival ini. Dia bekerja bareng Jihane Bougrine, Josee Deshaies, Daniel Kaluuya dan Presiden juri Rodrigo Sorogoyen.

“Semaine de la Critique adalah section yang sangat spesial, karena dari ribuan pendaftar mereka hanya memilih tujuh film panjang dan 10 film pendek di kompetisi section,” selorohnya. Setelah nonton film peserta kompetisi kelak mereka siap memberikan sejumlah pemenang. (bat)