Thriller-Psikoseksual ‘Shattered’, masih jauh dari garang

Thriller-Psikoseksual 'Shattered', masih jauh dari garang
Meski dengan banyak scene banjir darah di pertengahan cerita, Shattered tetap terlihat biasa saja

POJOKSINEMAApa jadinya jika anda seorang pria kaya raya yang mengalami masalah dengan pernikahan, tiba-tiba berkenalan dengan perempuan muda nan cantik di supermarket yang meminta petunjuk anda  minuman anggur yang tepat, lalu anda berhasil memboyongnya ke rumah pribadi anda yang megah di pegunungan dan berakhir dengan petaka bagi anda sendiri, apa yang anda harus lakukan demi mempertahankan nyawa anda yang sedang sekarat? seperti dalam film thriller-psikoseksual Shattered.

Film Shattered arahan sutradara Luis Prieto dengan alur ceritanya – meski tak terlalu greget – yang cukup menjanjikan di awal cerita, sayangnya penulis David Loughery tak terlalu memiliki kekuatan untuk merakit plot yang baru bisa terasa di tengah jalan.

Semestinya Shattered bisa lebih cerdas dan emosional, apalagi peran teknologi canggih di film ini juga berperan.

Sayangnya, keahlian duet Prieto dan Loughery tak menjadi paket tangan dingin yang mampu menghembuskan energi thrillernya secara lebih emosional.

Meski dengan banyak scene banjir darah di pertengahan cerita hingga akhir, Shattered tetap terlihat biasa saja.

Perkenalan Chris dengan Sky sebenarnya tak cukup berbobot secara visual,

Film inipun seperti menitipkan pesan sosial tentang kesenjangan antara si kaya dan si miskin, yang terlalu klise untuk digambarkan dengan pokok cerita.

Shattered seperti ingin menjadi bungkusan elemen dan warna psikoseksual-thriller ala Basic Instinct dan Fatal Attraction, meski masih terlihat jauh dari kepuasan.

Chris Decker (Cameron Monaghan) adalah seorang pengusaha teknologi yang baru saja menjual perusahaannya dengan nilai jutaan dolar.

Dia memiliki seorang mantan istri bernama Jamie, (Sasha Luss) dan putrinya, Willow (Ridley Chris )tinggal sendiri di rumah mewahnya, saat ia berkunjung ke supermarket ia berkenalan dengan Sky ( Lily Krug ) perempuan muda yang sedang mencari sebotol anggur.

Sky tinggal bersama temannya Lisa ( Ash Santos) di sebuah motel murah yang dikelola lelaki tua bernama Ronald ( John Malkovich ).

Perkenalan Chris dengan Sky sebenarnya tak cukup berbobot secara visual, artinya ; ketika Sky memberikan alasan bahwa dirinya sedang bertengkar dengan teman sekamarnya, hanya demi bisa mengunjungi rumah mewah Chris, adalah petunjuk yang sampah (bagi saya, penulis).

Sayangnya, lagi-lagi clue tentang siapa Sky terkuak lebar, saat Chris dan Sky mulai menjalin keakraban yang terkesan amatir lah, mereka memergoki seorang pria yang sedang mencungkil mobil Chris hingga pria tersebut melukai Chris yang berupaya melindungi Sky, terlihat sebuah clue yang sangat jelas ( saya tidak akan membocorkannya disini).

Shattered memang tak mungkin menjelmakan dirinya menjadi sebuah thriller-psikoseksual yang takjub seperti Fatal Attraction dan Basic Instinct

Bahkan, jujur! Saya harus mengatakan betapa industri Hollywood sedang kekurangan naskah hebatnya untuk memberikan peran bagus bagi aktor sekelas John Malkovich!

Shattered memang tak mungkin menjelmakan dirinya menjadi sebuah thriller-psikoseksual yang takjub seperti Fatal Attraction dan Basic Instinct, begitupun juga tidak akan meledakkan kejutan seperti halnya Gone Girl yang fenomena.

baca juga : Scream : instalasi ‘requel’ yang seharusnya jadi pamungkas

Shattered terlalu bimbang untuk mengaduk-kan formulanya sendiri ; seksual, ketegangan, kesadaran sosial politik yang setengah hati di meletupkan, bahkan alih alih sang penjahat pun menyerupakan diri seperti Uma Thurman yang memegang samurai dengan setelan kostum training sport kuning bersimbah darah atau mungkin lebih dekat dengan Carrie (2013).

Terlalu banyak yang ingin disampaikan Shattered  tapi terlalu banyak juga yang terpenggal hingga plot twistnya pun tampil sederhana saja. (Q2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *