Lalu ia mengajak saya meresapi rasanya, dan menarik nafas 2 kali lagi, total seluruh sesi tidak sampai 15 menit.
‘Alhamdulillah rasa takut akan ketinggian itu telah benar-benar hilang tanpa tersisa’
Rheo mengatakan bahwa berkata, emosi memang seperti mengupas bawang, cukup lepaskan saja sampai tuntas.
Sementara dalam benak, saya masih terheran tidak percaya, hal yang paling saya takutkan selama 20 tahun kebelakang, diselesaikan dalam waktu hitungan menit saja, praktis 20 menit lenyap phobia ketinggian yang saya derita selama ini!
Tapi seiring saya berjalan menyisir pinggiran gedung yang hanya berbatas kaca, rasa itu tidak ada lagi, tanpa saya di hipnotis, tanpa saya dinasihati, hanya menarik nafas saja.
“Tiap – tiap personal manusia punya karakter masing masing, yang membentuk karakter ini adalah aturan aturan yang ada di kepala, dan muatan emosi yang tercipta di ruang dalam diri seseorang. ” paparnya
MEMBUANG RASA TAKUT
” Semisal seseorang yang punya rasa takut kepada realitas yang harus dihadapi ke depannya, maka biasanya ia rentan dengan masalah percaya diri. Takut gak berhasil, takut gak sampai, takut gak di bolehin, pokoknya serba takut dulu deh awalnya, padahal ia belum melakukan apapun, skenario bermunculan di kepala karena dorongan emosi yang tersimpan dalam diri ” terang Rheo.
“Nah jadi, yang biasanya mesti di buang itu lebih dulu adalah emosinya yang terkunci dalam tubuh fisik kita,” lanjut Rheo.
Lalu bagaimana cara membuangnya Rheo ?
“Nah cara membuang rasa takutnya itu dengan meng-kombinasikan interferensi Psikologi dan Fisiologinya, ”
“Psikologi lebih kepada memahami bagaimana struktur pikiran itu bekerja” , lanjut Rheo
“Sedangkan Fisiologi lebih kepada olah tubuh, dengan hal yang sederhana, menarik nafas dan menghembuskannya. ”
Karena sejatinya, emosi dalam diri kita, tersimpan dalam bentuk tekanan fisik. seringkali ketika seseorang kesal atau menahan kemarahan, kebencian, bersabar, mereka seringkali mengalami gangguan kesehatan, karena fisik kita menyimpan semuanya.
Dan nenek moyang kita telah mewariskan kepada generasi, bahwa dalam kondisi emosional yang kurang atau tidak terkontrol, kita juga bisa melakukan dengan cara menarik nafas dan membuangnya secara perlahan, ini cara yang paling sederhana, terang Rheo.
Tapi ketika kita mencoba resep tersebut, hasilnya sama saja, mungkin marah mereda, tapi tidak butuh waktu lama untuk kembali ke pola yang sama” ujarnya.
Lantas mengapa hal ini terjadi? karena kita biasanya hanya menggunakan salah satu kombinasinya yakni ; psikologinya, atau fisiologinya.