POJOKSINEMA – Ada fenomena menarik dari pembuat film Hanung Bramantyo sepanjang setahun terakhir. Diam-diam dia kerap menampilkan bumbu adegan seks dalam filmnya. Mulai dari sekadar adegan sekilas hingga yang menjadi tema besar.
Tren itu dimulai sejak “Tuhan Izinkan Aku Berdosa” (diadaptasi dari novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur”), “Ipar Adalah Maut”, “Cinta tak Pernah Tepat Waktu”, “Rahasia Rasa”, hingga yang terakhir ada “Gowok: Kamasutra Jawa”. Total ada lima judul dan semuanya menyuguhkan aroma erotika yang kental.
Konon jumlah ini akan bertambah seiring dengan proyek terbarunya “La Tahzan” yang tak kalah sensual. Seperti halnya “Ipar Adalah Maut”, film ini juga diangkat dari kisah nyata tentang rumah tangga yang diuji karena kehadiran orang ketiga. Apa komentar Hanung?
“Saya nggak tahu ya. You malah menghitung, saya nggak pernah menghitung,” seloroh sang sineas kelahiran Yogyakarta dalam konferensi pers film “Gowok: Kamasutra Jawa” di Paza Senayan XXI, Jakarta, awal pekan ini.
Hanung malah bersyukur sudah diingatkan bahwa jumlahnya sudah sebanyak itu. “Saya tidak tahu. Itu di bawah alam sadar saya,” ucapnya lagi. Karena menurutnya yang kental bicara tentang seksualitas hanya “Gowok” dan “Ipar Adalah Maut”.
“Film “Ipar…” kan memang bicara perselingkuhan. Jadi tanpa ada adegan seks pun tak ada persoalan,” lanjut Hanung kalem. Sedangkan “Gowok” bergenre drama thriller dan bercerita secara unik tentang seorang dukun seksual di Jawa pada awal abad ke-20.